Pentingnya Peran Tim Pendamping Keluarga Dalam Sosialisasi Cegah Stunting

Kusumawati - Jumat, 20 Oktober 2023 21:51 WIB
Rahmad Handoyo anggota komisi IX DPR-RI dalam Sosialisasi cegah stunting BKKBN di desa Gumpang Kartasura Sukoharjo (Soloaja)

SUKOHARJO (Soloaja.co) - Upaya menekan angka stunting sekaligus mencegahnya, gencar dilakukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Jawa Tengah dengan menggandeng anggota Komisi IX DPR RI.

Kali ini bersama masyarakat Desa Gumpang dan sekitarnya, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat 20 Oktober 2023.

Hadir sebagai narasumber, anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo, Perwakilan BKKBN Jateng, Ratih Dewantisari, dan Perwakilan dari Dinas P2AKB Sukoharjo, Yudianta.

Menurut Rahmad Handoyo, secara garis besar, ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam mencegah stunting. Yaitu dimulai dari pemberian edukasi terhadap calon pengantin (catin), ibu hamil, bayi di bawah 2 tahun (baduta), dan para orangtua yang harus mengikuti program KB.

Di tingkat Pemerintahan Desa, dibentuk tim pendamping keluarga (TPK). Anggota TPK terdiri dari bidan desa, PKK, dan kader kesehatan.

Tugas TPK ini banyak sekali. Di antaranya mencatat atau mencari data berapa jumlah anak yang beresiko stunting di desanya. Juga menyalurkan bantuan makanan sehat bagi keluarga tersebut termasuk juga mendampingi calon pengantin, untuk mengarahkan agar memeriksakan kesehatannya, 3 bulan sebelum hari H pernikahan.

"Tanpa TPK, pencegahan stunting ini tidak lancar berjalan. Terimakasih untuk TPK Desa Gumpang dan sekitarnya," puji Rahmad Handoyo, politisi dari Dapil V Jateng.

Perwakilan BKKBN Jateng, Ratih Dewantisari menambahkan, TPK juga harus mengarahkan semua warga untuk mengkonsumsi makanan bergizi dan bernutrisi.

Untuk menjaga ketahanan pangan keluarga, sebaiknya sekitar pekarangan rumah ditanami dengan aneka sayuran. Selain sayur mayur, protein hewani juga harus seimbang. Yaitu dengan cara mengkonsumsi satu sampai dua butir telur ayam.

Ratih menambahkan, resiko stunting bisa juga terjadi karena pola asuh yang salah. Sebagai contoh, waktu lahir kondisi bayi dalam keadaan normal. Namun karena pola asuh yang salah, dalam pertumbuhan bayi bisa terhambat.

"Hati-hati untuk orangtua karir yang menyerahkan pengasuhan bayi kepada pembantunya, harus dicek betul. Apakah asupan gizinya dan nutrisinya sudah cukup seimbang atau belum," kata Ratih.

Kehadiran pihak swasta dalam pencegahan stunting juga sangat dibutuhkan. Di Sukoharjo, menurut Yudianta, narasumber dari Dinas P2AKB, sudah ada beberapa pihak yang terlibat. Diantaranya RS Nirmala Sari, Swalayan Modern The Park, dan lain-lain.

Pihaknya juga mengingatkan, agar masyarakat mengawasi anak-anaknya, agar tidak terjadi pernikahan dini atau hamil duluan sebelum usia 19 tahun.

Menurut data dari Dinas P2AKB Sukoharjo, masih terjadi 112 anak sampai bulan Oktober 2023 ini, yang menikah dini. Sedang untuk stunting, Sukoharjo mengalami tren penurunan. Meskipun angkanya masih di atas 100 anak.

Editor: Redaksi

RELATED NEWS