Pentingnya Aset Sosial Demi Mempercepat Penanganan COVID-19
Surabaya – Dalam menghadapi pandemi COVID-19, Indonesia dinilai memiliki aset sosial yang dapat mempercepat penanganan COVID-19 di tanah air.
Sosiolog Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Drajat Tri Kartono menyebutkan aset sosial itu antara lain keterikatan empati, penghargaan, dan penghormatan. Sehingga dengan ini dapat menciptakan sikap gotong royong serta tolong menolong di masyarakat.
“Dukungan sosial antara satu individu dengan lainnya sangat diperlukan dalam penanganan COVID-19, sehingga menurutnya sikap seperti itulah yang harus dibangkitkan dan dipromosikan oleh negara,” ujar Drajat, Jumat, 8 Mei 2020.
Hal ini dikatakan Drajat setelah melihat fenomena sosial yang terjadi di tengah krisis kesehatan, salah satunya mengenai sikap diskriminasi yang dirasakan oleh masyarakat terhadap lingkungan di sekitarnya. Kasus perilaku diskriminasi pada orang dalam pemantauan (ODP), pasien dengan pengawasan (PDP), dan suspek kian marak bermunculan.
Contohnya, kata Drajat, tiga perawat yang bekerja di RSUD Solo diminta pergi sang pemilik kos lantaran takut tertular dan penolakan pemakaman jenazah korban COVID-19 oleh sejumlah warga desa. Baru-baru ini, juga terdapat keluarga buruh pabrik di Surabaya yang dikucilkan karena positif terpapar COVID-19.
Menurutnya, diskriminasi terhadap buruh dan keluarganya ini tidak seharusnya terjadi. Apalagi buruh merupakan salah satu elemen penting dalam menggerakkan roda perekonomian. Buruh sebagai tenaga kerja dalam relasi industri, merupakan bagian dari sistem negara yang harus diperlakukan secara adil dan beradab.
“Jadi memang secara sosiologis, persepsi atau konstruksi sosial atas kondisi pandemi COVID-19 seperti saat ini, dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat terhadap realitas yang terjadi. Kondisi masyarakat saat ini cenderung menyeragamkan atau menyamakan akhirnya muncul stigma negatif bahwa orang kena virus, maka akan merambat pada semuanya,” kata Drajat.
Sebelumnya, Serikat Pekerja dan Mitra Produksi Industri Makanan dan Produk Tembakau mengajak masyarakat dan komunitas untuk memberikan perlindungan dan menghilangkan stigma negatif terhadap para buruh yang terpapar COVID-19.
Mereka mengajak masyarakat untuk mendukung dan memotivasi buruh yang terkena dampak COVID-19 beserta keluarganya dengan menumbuhkan rasa gotong-royong antar sesama. Serikat pekerja dan mitra produksi juga meminta pemerintah dan masyarakat untuk lebih berempati kepada buruh karena situasi pandemi sangat berdampak pada buruh secara sosial dan ekonomi.
Ketua Mitra Produksi Sigaret Indonesia (MPSI) Joko Wahyudi menegaskan harusnya buruh maupun keluarganya yang terdampak COVID-19 diberikan motivasi dan dukungan.
“Prioritas kita semua sekarang adalah menjaga kesehatan serta kebersihan dengan mengikuti anjuran Pemerintah sehingga pandemi ini segera berakhir," ujar Joko.
Oleh karena itu, kata Drajat, edukasi kepada masyarakat harus dilakukan secara serius oleh Pemerintah.
“Tidak hanya sekadar melakukan karantina namun mendidik masyarakat secara menyeluruh sehingga tidak terjadi ketimpangan pengetahuan terhadap penanganan COVID-19. Hal ini perlu dilakukan sehingga rasa kecemasan dan kesalahan dalam berpikir tidak meluas kemana-mana,” ujar Drajat.
Menurutnya, hal itu dapat dimulai dari tim terpadu yang ada saat ini yakni pemerintah, pihak kepolisian, tenaga medis dengan melibatkan elemen masyarakat, dan tokoh di lingkungan sehingga kejadian diskriminasi dapat diminimalisir dengan baik.