Pagar Nusa Kecam Pelecehan Pesantren Lirboyo di Tayangan Trans7, Desak KPI Tindak Tegas
JAKARTA (Soloaja.co) - Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa Nahdlatul Ulama (NU), Muchamad Nabil Haroen, melayangkan kecaman keras terhadap program “Xpose Uncensored” di Trans7. Tayangan yang mengudara pada 13 Oktober 2025 tersebut dinilai telah melecehkan Pondok Pesantren Lirboyo, para kiai, santri, dan alumninya.
Menurut Nabil Haroen, pelecehan tersebut tidak hanya melukai perasaan warga pesantren, tetapi juga mencederai nilai-nilai keagamaan dan sejarah perjuangan bangsa. Ia menegaskan, peran historis kalangan pesantren tak bisa dipisahkan dari kemerdekaan Republik Indonesia.
- Berkat Program MBG Siswa SMP di Kudus Kini Bisa Nabung Rp5.000 per Hari
- Jika Elon Musk Siap Hadirkan Tesla Pi Phone, Bisa Mengguncang Pasar Smartphone!
“Pesantren bukan panggung olok-olok. Ia adalah rumah ilmu, benteng akhlak, dan pusat perjuangan moral bangsa. Apa pun bentuk hiburan, tidak boleh melukai kehormatan lembaga keagamaan yang telah ikut berjuang memerdekakan republik ini,” tegas Nabil Haroen, Selasa (14/10/2025), di Jakarta.
Gus Nabil, sapaan akrabnya, menekankan bahwa di balik sejarah kemerdekaan terdapat pengorbanan besar kiai dan santri, yang ikut berjuang di garis depan. “Melecehkan pesantren sama saja melecehkan sejarah bangsa,” ujarnya.
Permintaan Maaf Dianggap Belum Cukup
Kontroversi ini berawal dari segmen satir dalam “Xpose Uncensored” yang menampilkan kehidupan pesantren. Sejumlah dialog dan adegan dinilai publik menyinggung etika dan tradisi pesantren, serta merendahkan citra kiai dan santri. Kecaman meluas di media sosial, dan tagar #BoikotTrans7 menjadi tren, diikuti protes dari berbagai organisasi NU dan alumni pesantren.
- Jualan di TikTok Tidak Laku? Coba Upload Konten di Jam Segini
- Pemilihan Ketua KONI Boyolali, Joko Raharjo Kantongi Dukungan 34 Cabor
Meski pihak Trans7 melalui Kepala Departemen Programming, Renny Andhita, telah menyampaikan permohonan maaf, Gus Nabil menilai hal itu belum cukup. “Kami mengapresiasi niat baik untuk meminta maaf, tapi luka moral tidak bisa dihapus dengan kata maaf saja. Harus ada tanggung jawab nyata, klarifikasi terbuka, dan evaluasi total dalam sistem produksi konten di Trans7,” tandasnya.
Pagar Nusa juga mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk segera menindaklanjuti dugaan pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). “Kami mendorong KPI agar bertindak tegas. Jangan biarkan media publik menormalisasi pelecehan terhadap simbol keagamaan dan lembaga pendidikan Islam,” kata Gus Nabil.
Benteng Moral dan Sejarah Bangsa
Lebih lanjut, Nabil Haroen mengingatkan bahwa pesantren adalah benteng moral bangsa yang melahirkan ribuan tokoh perjuangan. Ia menyebut, spirit Resolusi Jihad 1945 lahir dari rahim pesantren, sehingga tidak pantas lembaga dengan jasa besar tersebut dijadikan bahan lelucon.
- 10 Strategi Ampuh Jadi Affiliate TikTok yang Menghasilkan Banyak Uang
- Main Padel Cukup Bayar dengan QRIS BRImo, Dapat Cashback Rp100 Ribu!
Ia menyarankan agar media memiliki literasi budaya dan keagamaan yang lebih dalam saat mengangkat tema keislaman. “Santri dan pesantren bukan sekadar simbol. Mereka adalah pelaku sejarah. Media harus menghormati itu, bukan memelintirnya untuk hiburan,” tukasnya.
Ketum Pagar Nusa mengajak Trans7 membuka ruang dialog dan rekonsiliasi dengan pimpinan Pondok Lirboyo dan organisasi keagamaan. Hal ini diharapkan menjadi momentum introspeksi agar media memahami betul makna penghormatan dan tanggung jawab publik.
Nabil Haroen menutup keterangannya dengan mengusulkan agar Trans7 menayangkan program khusus yang mengangkat kontribusi pesantren dalam sejarah dan pembangunan bangsa sebagai langkah pemulihan moral.
“Biarlah publik tahu, bahwa di balik kemerdekaan ini ada darah, doa, dan pengorbanan santri. Dan bahwa pesantren bukan masa lalu, ia masa depan bangsa yang beradab,” tutupnya.