MPLS SMA CT ARSA, Kapolres Sukoharjo Sampaikan Modus dan Bahaya Ekstrimisme

Kusumawati - Kamis, 14 Juli 2022 20:49 WIB
Kapolres Sukoharjo saat menyampaikan materi bahaya ekstrimis dihadapan siswa SMA CT ARSA saat MPLS (soloaja)

SUKOHARJO (Soloaja.co)– Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan, memberikan bimbingan dan penyuluhan (Binluh) kepada siswa-siswi yang sedang mengikuti MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) di SMA Unggulan CT Arsa Foundation, Kamis 14 Juli 2022.

Dihadapan sekitar 200 siswa-siswi SMA Unggulan CT Arsa Foundation tersebut, Kapolres menyampaikan materi tentang bahaya terosisme, radikalisme dan ekstremisme, yang dilatarbelakangi karena ketidakadilan sosial, kesenjangan, dendam politik, dan pandangan yang salah tentang agama.

“Seseorang yang terpengaruh radikalisme memiliki ciri-ciri seperti sikap mental yang mendua (split personality) lantaran harus hidup dalam dua dunia yang berbeda, cenderung menjadi pribadi tertutup dan tertekan, manipulatif serta minim empati. Mudah mengkafirkan orang diluar kelompoknya, menghalalkan segala cara dalam menuntaskan tujuannya, disharmonisasi hubungan dengan keluarga, teman dan lingkungan sekitar. Serta resistensi terhadap pemerintah yang dianggap kafir,” kata Kapolres.

Lebih lanjut, Kapolres menerangkan, jika pola penyebaran paham radikalisme dan terorisme dapat terjadi pada media masa, meliputi internet, buku, dan majalah. Komunikasi langsung dalam bentuk dakwah, diskusi atau bedah buku dan pertemanan, hubungan kekeluargaan dengan bentuk pernikahan, kerabatan dan keluarga inti. Serta lembaga pendidikan di sekolah, pesantren maupun perguruan tinggi.

“Jadi adik-adik harus bisa berhati-hati lagi, dan dapat memfilter terkait dengan informasi-informasi dari internet yang belum tentu benar. Dan saya berpesan kepada adik-adik agar berhati-hati lagi dalam belajar melalui internet,” ujar AKBP Wahyu.

Kapolres juga memberikan tips-tips agar terhindar dari terosisme, radikalisme dan ekstremisme. Yaitu dengan cara mempelajari Islam dengan paripurna kepada Kyai atau ahlinya.

Mengenali modus perekrutan teroris dan kelompok radikal lain, Menolak dengan tegas bila diajak kajian dengan sembunyi-sembunyi, Berdialog kepada Kyai atau orang lain bila mendapat materi Islam yang tidak dimengerti, Kritis walaupun dalam konteks agama agar tidak mudah tersugesti yang merupakan pintu awal perekrutan, dan pahami bahwa Islam Itu indah, tunjukkan Islam rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh umat).

“Kata kuncinya adalah apabila ada ustadz atau kelompok pengajian yang mengajarkan kebencian kepada negara dan pemerintah serta kelompok lain, maka tinggalkan,” tandasnya.

Editor: Redaksi

RELATED NEWS