Miris, Sahabat Kapas Catat Tiap Tahun 70 Anak di Jateng Masuk Penjara

Redaksi - Sabtu, 11 September 2021 08:22 WIB
Direktur Sahabat Kapas Dian Sasmita saat menyampaikan materi acara dari DP2KBP3A Boyolali

BOYOLALI (Soloaja.co) - Kekerasan pada anak akan menimbulkan dampak psikis berkepanjangan. Tercatat, dari 900 anak yang mendekam di lembaga pembinaan khusus anak (LPKA) se Jawa Tengah, 100 persen pernah mengalami kekerasan dikeluarganya. Dan data rata rata setiap tahun ada 70 anak masuk penjara.

Hal tersebut membuat Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak (DP2KBP3A), menggelar edukasi pada calon pasangan muda. Agar lebih mempersiapkan keluarga dan anak-anak kelak.

Edukasi pasangan muda ini dilakukan oleh Sebanyak 20 orang calon pengantin se Kecamatan Cepogo mengikuti edukasi pra nikah selama tiga hari, Kamis - Sabtu 9-11 September 2021. Diketahui Kecamatan Cepogo pada 2020 tercatat 411 pasangan muda baru.

Direktur Sahabat Kapas Dian Sasmita, salah satu narasumber yang dihadirkan, mengatakan, kekerasan pada anak tidak hanya pada fisik, namun, juga verbal dan psikis. Seperti diabaikan, diejak atau perundungan dan lainnya. Hal tersebut memberikan dampak psikologis yang besar pada pertumbuhan anak. Bahkan nilai-nilai dalam keluarga tersebut akan terus dibawa.

"Ketika kekerasan dialami anak saat kecil, akan memunculkan trauma. Bahkan trauma itu akan muncul secara bawah sadar pada perilaku anak. Mereka termasuk anak rentan yang jarang mendapat kasih sayang orangtua," ungkapnya disela kegiatan edukasi calon pasangan muda pada Kamis (9/9) di Aula Kecamatan Cepogo.

Trauma psikis akan meruntuhkan kekuatan mental anak. Bahkan menyebabkan ketidakstabilan emosi. Tak jarang anak justru melalukan kenakalan yang membuat anak berhadapan dengan hukum.

"Saya sudah mendampingi anak rentan sejak 2019 sampai saat ini. Tercatat 900 anak di Jawa Tengah masuk LPKA. Dan mereka 100 persen pernah mengalami kekerasan oleh orangtua. Itu belum anak rentan yang di luar," jelasnya.

Dian menambahkan penting melakukan edukasi sejak dini pada calon orangtua. Dia ingin, para calon orangtua ini bisa mengasuh anak tanpa kekerasan. Meski tidak bisa memberikan pengaruh secara signifikan, dia berharap edukasi ini mampu membangkitkan kesadaran.

"Ketika keluarga mengalami masalah, jangan lampiaskan pada anak. Masyarakat bisa berkonsultasi secara gratis di layanan pusat pelayanan keluarga terutama untuk keluarga rentan," katanya.

Kabid Advokasi dan Penggerakan DP2KBP3A Boyolali, mengatakan edukasi pra nikah ini untuk memberikan pemahaman para calon pengantin mengenai dunia pernikahan. Termasuk persiapan mental, finansial serta tanggungjawab untuk menyejahterakan anak.

"Jadi ke depannya mereka paham bahwa mereka berkewajiban menyejahterakan anak, dan juga untuk mencegah stunting. Program ini juga kami jalankan di 10 kecamatan lain. Tujuannya agar mereka siap dengan kehidupan rumah tangga," jelasnya.

Editor: Kusumawati
Tags Sahabat kapas Bagikan

RELATED NEWS