Mewaspadai Kedok Gerakan Filantropi Perdamaian Dalam Radikalisme

Kusumawati - Rabu, 01 Juni 2022 10:05 WIB
Dialog Kebangsaan Mewaspadai Kedok Gerakan Filantropi Perdamaian Dalam Radikalisme

MALANG (Soloaja.co) – Gerakan pendanaan aksi jihad atau bentuk gerakan radikalisme bisa menggunakan berbagai cara.

Tipologi gerakan organisasi radikal yang ikut galang dana memanfaatkan sisi filantropis masyarakat ini dibenarkan Jack Harun atau nama aslinya Joko Tri Hermanto, yakni eks napiter, anak buah Noordin M Top dan Dr Azhari yang terlibat merakit timer bom dalam aksi Bom Bali I 2002 silam.

Dari pengalaman kelamnya tersebut, Jack Harun memaparkan bagaimana organisasi ini masih terus bergerilya menyebarkan paham ekstremis hingga saat ini. Termasuk lewat kegiatan amal-amal keliling.

”Mereka bisa jadi keliling bawa kotak amal. Mereka juga bisa hadir di akun-akun media sosial dengan nama anonim. Di saat yang tepat, mereka juga kerap menebar opini jihad kepada masyarakat lewat dalih penebusan dosa. Banyak dari kalangan preman hingga pengangguran terjebak dalih ini." Ungkap Jack Harun saat menjadi pembicara dalam dialog kebangsaan yang bertajuk Gerakan Filantropi Perdamaian, yang digelar BEM Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bersama Cangkir Opini dan Lazizmu Jawa Timur di Convention Hall UMM, Selasa 31 Mei 2022.

Kegiatan filantropi, kata dia, juga menjadi alat yang tepat untuk membangun perdamaian. Kendati begitu, niat baik juga perlu dibarengi nalar kritis agar tidak disalahgunakan.

Jack Harun sangat mewanti-wanti generasi muda atau mahasiswa yang memiliki keinginan kuat membantu orang untuk tidak asal memberikan sumbangan kepada orang atau lembaga yang tidak jelas. Untuk membedakannya memang tidak ada identifikasi khusus.

”Makanya harus kritis dan selektif. Tanyakan saja langsung ke orangnya atau cari di internet asal usul lembaganya, kalau tidak jelas mending tidak usah,” kata Jack yang menetap di Kota Solo.

Dalam dialog edukatif ini, juga dihadirkan Ketua Lazizmu Jatim, Zainul Muslimin; Hasnan Bachtiar dari akademisi dan Kemenag Jatim, Supriyadi.

Ketua Lazizmu Jatim, Zainul Muslimin menuturkan kegiatan filantropi sendiri selaras dengan prinsip kemanusiaan dan kesejahteraan sosial. Pendeknya, kedudukan gerakan filantropi dalam semangat perdamaian ini sangat lekat.

Zainul memaparkan semangat filantropi berkaitan dengan masalah kemiskinan, pendidikan, dan kesenjangan sosial.

Menurut dia, kesenjangan selalu menciptakan kecemburuan sosial. Di saat itulah individu merasa ada ketidakadilan sehingga mudah terprovokasi paham-paham yang tidak dianjurkan agama.

”Di situasi seperti inilah yang kerap dimanfaatkan oleh oknum organisasi radikal-ekstrimis sebagai alat memecah belah bangsa. Dari sini, kegiatan filantropi bisa jadi solusinya dan perlu digalakkan lebih luas,” harapnya.

Lebih lanjut, kegiatan filantropi ini ke depannya tetap harus dikawal. Ini mengingat banyak juga organisasi ektremis memanfaatkan dana sedekah atau infaq untuk menghidupi kegiatan mereka. Baiknya, para muzaki menyalurkan amalnya kepada lembaga yang jelas dan berizin.

Akademisi UMM, Hasnan Bachtiar menambahkan bahwa gerakan filantropi harus diiringi semangat keagamaan yang moderat. Di mana agama harus mampu berafiliasi dengan banyak aspek lain di luarnya seperti sosial budaya.

Sementara, banyak juga kelompok ekstremis atau puritan yang memahami dalil-dalil hanya secara tekstual sehingga dalam memaknai dalil harus dilakukan dengan interpretatif agar tidak mudah menghukumi orang lain.

”Lewat dialog, kita berusaha menjadikan gerakan filantropi sebagai salah satu pencegahan agar tidak disalahgunakan pihak-pihak tertentu, khususnya mengambil manfaat untuk memperluas ajaran keagamaan yang ekstrem dengan dalih sedekah atau infaq,” pungkasnya.

Harapan senada dikatakan Ketua BEM UMM, Harisuddin, agar mahasiswa sebagai agen masyarakat seyogyanya tidak sampai terpengaruh dalam paham ideologis yang radikal. Jika memang ingin banyak belajar dan mendalami agama, sebaiknya perlu ada guru.

”Setidaknya belajar bareng sama teman sesama mahasiswa. Bisa di organisasi intra, itukan wadah belajar bareng. Harapan saya, kami mahasiswa di UMM bisa terus menebar semangat perdamaian,” inginnya.

Diskusi membahas narasi seputar kegiatan filantropis yang diharapkan mengikis bibit ideologi ekstrimisme agama. Di mana perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan dituntut proaktif mencegah tumbuhnya paham radikalisme dari kalangan mahasiswa.

Editor: Redaksi
Tags Dana teroris Bagikan

RELATED NEWS