Mastercard vs PayPal: Mengapa Visa dan Mastercard Dianggap Lebih Inovatif?
JAKARTA - Mastercard dan Visa mampu mempertahankan posisi mereka sebagai perusahaan finansial paling inovatif menurut survei Future Readiness Indicator (FRI) 2024 yang dirilis oleh The International Institute of Management and Development (IMD).
Survei tersebut turut mengevaluasi dan memberi peringkat kepada 40 perusahaan finansial terkemuka di dunia. Dalam daftar ini, Mastercard berada di puncak dengan skor sempurna (100), disusul oleh Visa (97,9) di posisi kedua, Bank DBS (86,5) di tempat ketiga, JP Morgan Chase & Company (79,3) di posisi keempat, dan Bank of America (71,3) di peringkat kelima.
Menurut Howard Yu, Direktur IMD Center for Future Readiness, keberhasilan Mastercard dan Visa tidak terlepas dari strategi kemitraan dan akuisisi serta fokus pada inovasi internal.
Untuk lebih rincinya, berikut ini alasan-alasan di balik keberhasilan Mastercard dan Visa untuk menjadi perusahaan finansial yang paling unggul dari segi inovasi menurut survei dari IMD.
- Tanpa AC, Ini Cara Membuat Rumah Anda Tetap Sejuk Meski Cuaca Sedang Panas
- Pilih Fast Charging Atau Nirkabel? Ini yang Tepat untuk Baterai Ponsel Anda
- Cara Memisahkan Profil Facebook dan Instagram Agar Tidak Terhubung Lagi
Alasan Inovasi Mastercard dan Visa Lebih Unggul daripada PayPal
1. Optimalisasi Kecerdasan Buatan
Yu menyampaikan bahwa selama delapan tahun terakhir, Mastercard dan Visa tetap berada di puncak karena kelincahan mereka dalam menyesuaikan model bisnis untuk berbagai layanan dan produk, seperti pembayaran digital dan penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Bank DBS dan JPMorgan Chase juga mempertahankan kelincahan mereka berkat investasi dalam transformasi digital, infrastruktur cloud, dan pengembangan platform AI.
2. Infrastruktur dan Skala Layanan
Inovasi yang dilakukan oleh Mastercard dan Visa mengungguli para pesaing dari industri fintech seperti Coinbase (64,2), Block (60,3), dan PayPal (56,4).
Meskipun ketiga perusahaan fintech ini telah mendorong perusahaan finansial tradisional untuk segera mengadopsi teknologi baru, namun kekuatan aliansi, infrastruktur, dan skala layanan Mastercard dan Visa membuat mereka tetap unggul.
Yu menyatakan bahwa PayPal, Block, dan Coinbase belum cukup kuat untuk menandingi kekuatan Mastercard dan Visa yang memiliki infrastruktur masif dan aliansi dengan berbagai start up.
3. Kemitraan Start Up
Mastercard dan Visa membentuk kemitraan dan melakukan akuisisi dengan berbagai start up untuk menghadapi inovasi dari perusahaan fintech.
Kemitraan ini memanfaatkan kekuatan bisnis dan infrastruktur Mastercard dan Visa untuk memperluas layanan fintech dan mempertahankan dominasi mereka di industri keuangan.
Beberapa layanan fintech yang telah diadopsi oleh Mastercard dan Visa antara lain skema buy now pay later, embedded financing, dan jual beli kripto.
Embedded financing adalah istilah untuk menghubungkan layanan perbankan dan finansial lainnya ke dalam aplikasi non-finansial menggunakan Antarmuka Pemrograman Aplikasi (Application Programming Interface/API).
Yu menjelaskan bahwa layanan seperti ini dulunya eksklusif bagi pemain fintech, namun kini bank-bank besar juga menawarkan layanan tersebut setelah melakukan kerjasama strategis dengan startup.
Bank besar seperti DBS, HSBC, Visa, dan Mastercard telah mendemokratisasi layanan ini sehingga lebih mudah diakses oleh pengguna.
Tolak Ukur Penilaian IMD
Untuk mengukur kesiapan masa depan (future readiness) di sektor keuangan, IMD menilai kemampuan perusahaan dalam melakukan digitalisasi, menerapkan prinsip environmental, social, and governance (ESG), serta memberikan layanan pelanggan yang lancar.
Survei ini juga mengukur kondisi keuangan dan faktor tidak berwujud seperti kualitas kepemimpinan dan inovasi.
Sejak 2015, survei IMD menunjukkan bahwa perusahaan yang berhasil unggul adalah mereka yang siap beradaptasi, mengantisipasi perubahan, dan mengeksploitasi perubahan tersebut untuk keuntungan perusahaan.
Kemampuan untuk berinovasi jangka panjang dan beradaptasi dengan cepat dalam jangka pendek menjadi kunci keberhasilan mereka.
Future Readiness Indicator mengidentifikasi praktik terbaik dari para pemimpin industri dan memberikan pelajaran berharga bagi perusahaan keuangan di Indonesia. Berikut beberapa poin penting yang dapat diambil:
1. Mengikuti Tren Terbaru Perusahaan perlu segera mengeksplorasi model bisnis dan teknologi baru untuk tetap kompetitif.
Contohnya adalah Nvidia yang sudah lebih dari 10 tahun lalu mempelajari AI dan deep learning, sehingga kini menjadi pemimpin dalam AI untuk perangkat keras dan lunak.
2. Visioner dan Adaptif Perusahaan harus menetapkan target yang jelas dan siap untuk belajar mencapainya, terbuka terhadap eksperimen, dan bersedia melakukan pivot jika diperlukan.
CEO Nike, John Donahoe, adalah contoh yang baik dengan visinya dalam transformasi digital, dorongan terhadap eksperimen, dan keputusan untuk mengakuisisi perusahaan analisis data Celect pada 2019. Hasilnya, Nike memberikan dividen tertinggi dalam 10 tahun terakhir kepada pemegang sahamnya.
3. Cepat dalam Pengambilan Keputusan Mastercard memiliki sejarah dalam membuat keputusan cepat untuk menjaga kelincahan perusahaan.
Contohnya adalah peluncuran platform Mastercard Developers yang memungkinkan pengembang memanfaatkan API untuk aplikasi dan layanan mereka.
Dengan memahami dan menerapkan strategi-strategi ini, perusahaan keuangan di Indonesia dapat belajar dari inovasi dan kelincahan perusahaan finansial terkemuka dunia untuk tetap kompetitif di masa depan.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 29 May 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 29 Mei 2024