Mahasiswa FP UNS Ajak Warga Karangbangun Olah Sekam Padi Jadi Baglog Jamur Bernilai Ekonomi
KARANGANYAR (Soloaja.co) - Tim Program Penguatan Kapasitas (PPK) Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa) Kelompok Studi Ilmiah (KSI) Fakultas Pertanian (FP) Universitas Sebelas Maret (UNS) menggelar pelatihan unik di Desa Karangbangun, Kecamatan Matesih, Karanganyar.
Pelatihan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan PPK Ormawa yang didukung Direktorat Pembelajaran Kemahasiswaan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek).
Tim pelaksana beranggotakan 15 mahasiswa yang diketuai Muhammad Ziaul Haq Faiz, dan didampingi dosen pembimbing Raden Kunto Adi, S.P., M.P.
“Kami mengajarkan cara membuat baglog jamur dengan bahan campuran limbah sekam padi. Ide kreatif yang tak hanya ramah lingkungan, tapi juga membuka peluang usaha baru bagi warga.” Ungkap Muhammad Ziaul Haq Faiz.
Pelatihan ini diikuti 40 peserta dari berbagai kelompok masyarakat, seperti Kelompok Taruna Tani Sumber Gede, karang taruna setempat, hingga petani jamur lokal. Hadir pula Suparban, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Matesih, serta Pandi, Ketua RT 01 RW 03, mewakili pemerintah desa.

Bertempat di Balai Posyandu Dusun Karanganyar pada Minggu (10/08/2025), kegiatan dimulai dengan sambutan dari ketua tim pelaksana, dosen pembimbing, dan PPL yang menggarisbawahi pentingnya mengubah pandangan generasi muda bahwa bertani itu kotor.
Suparban menegaskan, meski minat anak muda terhadap pertanian kian menurun, antusiasme peserta hari itu menjadi tanda masih ada harapan besar untuk menghidupkan kembali semangat bertani.
Materi utama disampaikan oleh Dwi Suryono, praktisi sekaligus pengusaha baglog jamur dari Polokarto, Sukoharjo, yang sudah berkecimpung lebih dari satu dekade.
“Mahalnya harga serbuk gergaji menjadi tantangan bagi petani jamur. Inovasi dengan mencampurkan sekam padi hingga 30% menjadi solusi cerdas karena lebih murah, mengurangi limbah, dan tetap menghasilkan kualitas baglog yang baik.” Ungkapnya.
Dwi juga membagikan informasi yang lengkap mulai dari komposisi bahan, teknik pembuatan, pembibitan, hingga perawatan jamur.
Suasana semakin hidup saat sesi tanya jawab. Peserta mengulik berbagai topik, mulai dari umur pakai baglog, teknik membuat bibit, sampai tips mengatasi penyakit jamur.
Tak berhenti di teori saja, peserta langsung diajak mempraktikkan proses pembuatan baglog, mulai dari menyiapkan bahan, mensterilkan media, hingga menanam bibit jamur.
Menurut Sodik, Ketua Kelompok Tani Sumber Gede, pelatihan ini bisa menarik minat anak muda karena biaya produksi lebih terjangkau namun hasilnya optimal. Senton, salah satu peserta mengaku senang sekali mendapat pengetahuan baru tentang budidaya jamur khususnya jamur kuping, yang sebelumnya sama sekali belum ia pahami.
Diharapkan, kegiatan ini menjadi titik awal lahirnya usaha jamur yang berkelanjutan di Karangbangun, sekaligus memberi tambahan penghasilan bagi warga.
Inovasi ini sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), seperti mendorong pertumbuhan ekonomi (point 8), meningkatkan inovasi (point 9), mengelola limbah secara bertanggung jawab (point 12), dan membangun kemitraan (point 17). Selain itu, program ini menjadi wujud nyata Tri Dharma Perguruan Tinggi UNS khususnya pengabdian kepada masyarakat.