LPEI Bersama Bea Cukai Resmikan Trangsan Jadi Desa Devisa Rotan Sukoharjo
SUKOHARJO (Soloaja.co) – Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank bersama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) dan Indonesia Development Design Center (IDDC) Kementerian Perdagangan, serta pemerintah daerah menunjuk Desa Trangsan Gatak sebagai Desa Devisa Rotan Sukoharjo.
Sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan Indonesia, LPEI memiliki fungsi untuk mendorong pertumbuhan ekspor nasional melalui penyediaan pembiayaan, penjaminan, asuransi, dan jasa konsultansi ekspor.
Desa Trangsan Sukoharjo menjadi Desa Devisa ke-195 yang didampingi oleh LPEI.
- Pengusaha Iklan Sebut Tidak Perlu Larang Total Iklan Rokok
- Cek Kesiapan Angkutan Umum dan Periksa Kesehatan para Kru, Kapolres Sukoharjo Pastikan Mudik Lebaran Aman
Irwan Prasetiyawan, Kepala Kantor Cabang LPEI Surakarta, menjelaskan pendampingan yang dilakukan LPEI di Desa Devisa Rotan Sukoharjo menyasar setidaknya 30 UKM kerajinan rotan.
"Kegiatan pendampingan ini mencakup beberapa materi pendampingan terkait perizinan, prosedur dan dokumen ekspor, akses pasar, hingga pengembangan desain produk kerajinan rotan." Kata Irwan.
Para pengrajin di Desa Trangsan, Gatak Sukoharjo juga tak lepas dari berbagai tantangan dalam mengelola desa secara mandiri. Gejolak usaha masih terus dirasakan bahkan setelah hampir 1 abad berjaya. Apalagi, permintaan yang tinggi membuat para pengrajin kesulitan dalam hal kapasitas produksi dan pengembangan produk.
- LPEI Sambut Baik IK-CEPA Wujudkan Peluang Tembus Ekspor Korsel
- Presiden Larang Pejabat Buka Puasa Bersama, 'Anggarannya Untuk Pasar Murah Saja'
Suparji, Ketua Koperasi Trangsan Manunggal Jaya mengungkapkan kendala selama ini terjebak pada pengembangan inovasi dari desain yang sudah ada. Tidak seperti perusahaan besar yang memiliki tim risetnya sendiri, para pengrajin memerlukan 'pengungkit’ untuk melahirkan ide segar pengembangan produknya. Terlebih, proses pembuatan kerajinan rotan yang berkualitas butuh perhatian, waktu, dan ketelitian.
"Kita memerlukan pendampingan dari mentor yang bisa mengarahkan. Adanya pendampingan dari LPEI sangat kami sambut baik dengan harapan dapat membantu meningkatkan kapasitas produksi dan skala usaha pengrajin desa ke pasar global,” ucap Suparji.
Sebelumnya, Desa Trangsan telah terbukti meningkatkan kontribusinya terhadap devisa negara dari tahun ke tahun. Kepala Seksi PKC V Bea Cukai Surakarta, Agung Setijono mengungkapkan, Desa Trangsan menyumbang devisa lebih dari USD 3 juta di tahun 2019, USD 5,4 juta di tahun 2020, dan USD 5,7 juta di tahun 2021.
- Kinerja dan Pelayanan Meningkat, Survei Kepercayaan Publik Polri Capai 70,8 Persen
- Matikan Lampu 60 Menit, Adhiwangsa Hotel Solo Berpartisipasi Dalam Gerakan Earth Hour
"Program Desa Devisa Rotan Sukoharjo ini dapat menjadi batu loncatan bagi Desa Trangsan untuk meningkatkan kontribusi devisanya secara berkelanjutan." Kata Agung.
Saat ini, Desa Trangsan memiliki 220 usaha pengrajin kayu rotan yang aktif memproduksi 150 kontainer kerajinan rotan setiap bulannya. Tak tanggung-tanggung, terdapat total 5.000 hingga 6.000 pekerja berkontribusi dalam kegiatan produksi setiap harinya dan lebih dari 60% penduduk desa adalah kelompok pengrajin.
“Harapannya program Desa Devisa Rotan Sukoharjo bisa menjadi bahan bakar semangat dan lokomotif untuk menggerakkan UKM pengrajin rotan yang ada di Desa Trangsan, menambah pendapatan, meningkatkan kesejahteraan, dan memajukan penjualan di skala ekspor,” tutup Irwan.