Kembangkan Pendidikan Inklusif, Suriname Belajar Model Pesantren di Sukoharjo
SUKOHARJO (Soloaja.co) - Lima warga lanjut usia asal Suriname saat ini tengah melakukan perjalanan keliling Indonesia selama tiga bulan untuk menimba ilmu, khususnya mempelajari model pendidikan pondok pesantren atau boarding school. Ilmu ini rencananya akan mereka terapkan di negara mereka.
Kelima warga Suriname tersebut adalah Soekarnen bin Kamsi, Ari Steven Paimin, Ali Joenoes Kartosentiko, Leonard Mangkoe Wihardjo Noto, dan Jatini Karbin Kamsi. Mereka semua merupakan pensiunan dari berbagai kantor pemerintahan di Suriname.
Ali Joenoes Kartosentiko (66), seorang pensiunan bea cukai ddi Suriname mengungkapkan bahwa rombongan telah dua minggu berada di Indonesia.
- Pintu Darurat Pesawat Dibuka Saat Terbang, Mungkinkah Terjadi?
- Makin Marak, Begini Cara Deteksi Beras Oplosan dengan Mudah
"Setelah pensiun bisa berkunjung ke Indonesia, selain nostalgia sekaligus kami ingin belajar banyak tentang pendidikan khususnya pesantren. Kami melihat pesantren di Indonesia sangat maju," ujarnya dengan bahasa Jawa ngoko.
Senada, Leonard Mangkoe Wihardjo (65) menambahkan bahwa kunjungan ini juga menjadi kesempatan untuk melepas rindu dan melihat langsung kampung halaman leluhur mereka di Indonesia.
"Saiki mangan bakso, ono dawet cendol, meh nyobo panganan asli jowo," ucapnya riang saat menyantap bakso di Sukoharjo, Rabu (16/07).
Salah satu tujuan utama rombongan ini adalah Pondok Pesantren Barokah di RT 03 RW 05 Desa Sidorejo, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo. H. Mukhtar Hartanto, pengasuh Ponpes Barokah, menyambut hangat kedatangan mereka.
- YouTube Bersihkan Konten Tidak Otentik, Ribuan Channel Terancam Kehilangan Cuan
- Laras Art Space Hadir di Solo, Jembatani Tradisi dan Inovasi Seni Nusantara
"Lima orang dari Suriname ini silaturahim ke Ponpes Barokah sekaligus melihat perkembangan Ponpes kami. Kami sudah mempersiapkan jauh-jauh hari," kata H. Mukhtar.
Ia menjelaskan, keinginan mereka belajar di Ponpes Barokah muncul setelah salah satu guru Ponpes Barokah yang pernah merantau ke Suriname dan menjadi guru di sana, menjalin perbincangan dengan mereka.
H. Mukhtar berharap, penerapan keilmuan dan perkembangan pondok pesantren di Indonesia, khususnya Ponpes Barokah, dapat dikembangkan di Suriname.
"Kami sangat bahagia kedatangan tamu yang luar biasa ini dan insya Allah akan kami layani sebaik mungkin sehingga apa yang bisa kami berikan, baik ilmu, pengalaman, maupun cerita di sini, bisa bermanfaat untuk saudara-saudara muslim di Suriname yang sama-sama mengembangkan Islam sebagai Islam rahmatan lil alamin," tambahnya.
- Cerita Nyata Rumah Subsidi: Cicilan Cuma Sejuta, tapi Masalahnya Berlapis
- Mulai Yoga dari Rumah, 6 Pose Mudah untuk Pemula
Ponpes Barokah menawarkan berbagai program pendidikan, mulai dari pondok reguler, pondok belajar, full day, hingga boarding school, yang mencakup jenjang SMP, SMA, dan lulusan SMA. Ini memungkinkan delegasi Suriname mempelajari berbagai aspek pengelolaan pondok yang komprehensif.
Fokus pada Kemandirian Ekonomi dan Kewirausahaan
Machmud Lutfi Huzain, yang juga menjabat sebagai komite sekolah di SMP Nur Hasan di Ponpes Barokah dan seorang pengusaha sekaligus anggota DPRD Sukoharjo, turut menyambut baik kunjungan ini. Ia menyoroti keunggulan Ponpes Barokah, yaitu program ekonomi mandiri.
"Keunggulan kita adalah ekonomi mandiri, jadi kita melatih anak-anak itu punya wawasan untuk kemandirian, terutama di bidang ekonomi. Mereka punya alasan untuk menjadi seorang pengusaha, insya Allah begitu," jelas Machmud Lutfi Huzain.
Ia berharap ilmu kemandirian dan kewirausahaan yang diajarkan sejak dini ini dapat membentuk jiwa entrepreneur pada anak-anak. Ilmu ini, menurut Machmud, juga sangat potensial untuk ditularkan kepada generasi muda di Suriname.
Setelah dari Sukoharjo, rombongan ini berencana melanjutkan perjalanan ke Ponpes di Yogyakarta. Sebelumnya, mereka telah mengunjungi Tawangmangu. Perjalanan mereka dirancang untuk mengamati model pondok pesantren di berbagai kabupaten, dengan durasi kunjungan sekitar satu hari per lokasi.
Diharapkan, ilmu dan pengalaman yang mereka dapatkan di Indonesia dapat menjadi bekal berharga untuk mengembangkan lembaga pendidikan Islam yang mandiri dan berdaya saing di Suriname.