Gurita Bisnis Raksasa: Kiprah Perusahaan Indonesia di Negeri Filipina

Redaksi Daerah - Kamis, 02 Oktober 2025 19:41 WIB
Menguak Deretan Gurita Bisnis Konglomerat Indonesia di Filipina undefined

JAKARTA - Hubungan dagang antara Indonesia dan Filipina kian erat, tidak hanya lewat pertukaran barang, tetapi juga melalui ekspansi besar-besaran sejumlah konglomerat Indonesia ke pasar Filipina.

Media lokal Filipina, Behind Philippines, menyoroti kiprah pebisnis Indonesia dalam sebuah video di YouTube berjudul “How an Indonesian Billionaire is Buying the Philippines.”

Dua nama besar yang paling menonjol dalam arus ekspansi tersebut adalah Mayora Group dan Salim Group, yang merambah sektor makanan dan minuman, ritel, hingga infrastruktur strategis.

Fenomena ini memperlihatkan semakin besarnya kontribusi perusahaan Indonesia terhadap perekonomian regional sekaligus kemampuan mereka beradaptasi dengan dinamika pasar Filipina.

Daftar Bisnis Konglomerat Indonesia di Filipina

Mayora Group

Mengutip Behind Philippines, Kamis, 2 Oktober 2025, Mayora Group, produsen makanan dan minuman ternama asal Indonesia, berhasil menembus pasar Filipina melalui produk andalannya, Kopiko, yang menjadi populer di kalangan konsumen lokal berkat cita rasa khas dan strategi pemasaran yang agresif.

Produk ini menjadi pionir dalam memperkenalkan kopi bergaya Indonesia ke pasar Filipina. Selain itu, Kopiko 78°C, minuman kopi siap saji produksi Mayora, juga telah hadir di pasar Filipina meskipun kini mengalami rebranding menjadi Lucky Day.

Kehadiran Mayora di Filipina lebih banyak terlihat melalui ekspor produk dan jaringan distribusi, bukan melalui investasi langsung dalam bentuk fasilitas produksi atau kepemilikan perusahaan lokal. Kesuksesan Kopiko menjadi bukti bahwa produk Indonesia dapat diterima dengan baik oleh konsumen Filipina.

Baca Juga : IHSG Diprediksi Rebound, Saham Andalannya PSAB, INDY, dan ARTO

Salim Group

Menurut Behind Philippines, kolongmerasi Salim Group memilih jalur investasi strategis berskala besar melalui perusahaan induknya yang berbasis di Hong Kong, First Pacific Company Limited.

Grup ini telah menanamkan investasi signifikan di berbagai sektor vital Filipina. Dalam bidang telekomunikasi, Salim Group menguasai saham besar di PLDT, salah satu operator telekomunikasi terbesar di Filipina.

Melalui Metro Pacific Investments Corporation (MPIC), grup ini berinvestasi di sektor infrastruktur dan utilitas yang mencakup air bersih, sanitasi, properti, rumah sakit, dan jalan tol.

Mereka juga memiliki saham di Citra Metro Manila Tollways Corporation (CMMTC), operator jalan tol strategis di kawasan metropolitan Manila. Di sektor pertambangan, Salim Group memiliki kepemilikan di Philex Mining Corporation, salah satu perusahaan tambang emas dan tembaga terbesar di Filipina.

Kontribusi Filipina terhadap kinerja Salim Group sangat besar, dengan laporan keuangan First Pacific menunjukkan bahwa pada 2023, bisnis di Filipina menyumbang sekitar 42% dari laba operasional grup, melebihi kontribusi dari pasar Indonesia sendiri yang mencapai 41%.

Djoko Santoso

Pengusaha ritel asal Indonesia, Djoko Susanto, berhasil memperluas jaringan bisnisnya hingga ke Filipina melalui merek minimarket Alfamart. Ekspansi ini dilakukan lewat skema usaha patungan (joint venture) antara Alfamart Indonesia yang dimiliki Djoko, dan SM Investments Corporation, salah satu konglomerasi terbesar di Filipina.

Kemitraan strategis ini mempertemukan kekuatan distribusi dan pengalaman ritel Alfamart dengan jejaring properti dan ritel raksasa milik SM Group, sehingga mempercepat penetrasi pasar di negara tersebut.

Alfamart resmi memasuki pasar Filipina pada tahun 2014 dengan membuka gerai pertama di Trece Martires, Cavite. Langkah awal ini menjadi titik penting dalam ekspansi regional Alfamart, yang selama ini identik dengan pertumbuhan pesat di Indonesia.

Dengan menggandeng SM Group, Alfamart mendapatkan akses ke lokasi-lokasi strategis, sistem logistik yang kuat, serta dukungan regulasi yang lebih mudah. Strategi ini terbukti efektif karena Alfamart mampu membangun kehadiran yang signifikan di pasar ritel Filipina dalam waktu relatif singkat.

Hingga akhir tahun 2024, jaringan Alfamart di Filipina telah berkembang menjadi 2.100 gerai yang tersebar di berbagai wilayah, terutama di kawasan Luzon.

Pada tahun 2025, perusahaan menargetkan pembukaan 200 gerai baru untuk memperkuat posisi mereka sebagai salah satu pemain utama dalam sektor ritel modern Filipina. Ekspansi agresif ini tidak hanya memperbesar pangsa pasar Alfamart, tetapi juga mempertegas posisi Djoko Susanto sebagai salah satu pengusaha Indonesia dengan pengaruh besar di Asia Tenggara.

Baca juga : Harga Pangan DKI Jakarta 2 Oktober 2025: Ayam Naik, Daging Sapi dan Tomat Turun Tajam

Konteks Perdagangan Indonesia–Filipina

Indonesia merupakan salah satu mitra dagang utama Filipina, dengan nilai impor Filipina dari Indonesia jauh lebih besar dibandingkan ekspornya ke Indonesia.

Iklim perdagangan yang kuat ini, ditambah dengan tingginya penerimaan konsumen Filipina terhadap produk Indonesia, membuka peluang ekspansi yang semakin luas bagi perusahaan-perusahaan Indonesia.

Produk-produk seperti Kopiko, Indomie, dan jaringan Alfamart telah membuktikan daya tariknya dan menjadi contoh keberhasilan penetrasi pasar.

Menurut Asosiasi Pedagang Ritel Indonesia (Aprindo), lebih dari 20 merek Indonesia lainnya saat ini tengah menjajaki pasar Filipina di berbagai sektor, termasuk kopi, makanan ringan, bumbu masak, dan produk kecantikan.

Hingga tahun 2021, anggota Aprindo telah mengoperasikan lebih dari 2.400 gerai di Filipina, mencerminkan skala ekspansi yang tidak kecil.

Selain konglomerat besar, ada pula kisah menarik dari dunia bisnis makanan dan minuman Filipina yang memiliki akar Indonesia, yaitu Monde Nissin Corporation.

Perusahaan ini dikenal luas lewat merek Lucky Me!, yang menjadi ikon mie instan di Filipina. Monde Nissin didirikan oleh Henry Soesanto, seorang pengusaha asal Indonesia yang pindah ke Filipina sekitar 40 tahun lalu.

Kini, ia menjabat sebagai CEO perusahaan publik besar tersebut, sekaligus tetap mempertahankan kewarganegaraan Indonesianya.

Melihat tren positif ini, peluang ekspansi perusahaan Indonesia di Filipina terbuka semakin lebar. Kedekatan geografis, kesamaan preferensi konsumen, serta pertumbuhan ekonomi Filipina yang stabil menjadikan negara tersebut sebagai pasar strategis bagi ekspansi bisnis Indonesia di kawasan Asia Tenggara.

Keberhasilan merek-merek Indonesia di pasar Filipina bukan hanya memperkuat hubungan ekonomi kedua negara, tetapi juga membuka jalan bagi bentuk kolaborasi yang lebih mendalam di masa depan, baik melalui investasi langsung, kemitraan strategis, maupun ekspansi merek secara lebih agresif.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 02 Oct 2025

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 02 Okt 2025

Editor: Redaksi Daerah

RELATED NEWS