Groempyang, Ampyang Kekinian Camilan Enak Masa Pandemi

Kusumawati - Jumat, 06 November 2020 17:51 WIB
Varian rasa ampyang Groempyang undefined
KARANGANYAR (Soloaja.co) - Bisnis kuliner masih menjadi bisnis yang menjanjikan dimasa pandemi ini. Namun juga diperlukan kreativitas dan inovasi menu varian yang berbeda, hingga konsumen tertarik.
Seperti inovasi camilan ampyang yang dibuat oleh Ariyanto, perajin camilan asal Desa Suruhkalang, Jaten, Karanganyar, Jawa Tengah. Ditangan Ariyanto, tidak hanya kacang tanah, tapi kacang mete juga menjadi varian ampyang.
Ampyang makanan ringan berbahan baku kacang dan gula Jawa, yang diberi label Groempyang ini punya banyak rasa. Dari rasa orisinil, rasa jahe, dibumbui coklat, pandan, vanilla hingga keju.
"Sebenarnya ini camilan yang biasa, banyak dijual di pasar tradisional. Tapi saya inovasi rasa dan jenis kacang. kini merambah warung milenial bermerek Groempyang." Ungkap Ariyanto, Jumat 6 Nopember 2020.

Ariyanto menunjukkan proses produksi Groempyang. Bahan bakunya kacang tanah, jahe, gula jawa dan gula pasir. Untuk membuat ampyang original, kacang yang sudah dibersihkan dan dikeringkan kemudian dimasak dengan jahe yang sudah dihaluskan. Langkah selanjutnya mendinginkannya usai dicetak bundar-bundar kecil.

Groempyang dikemas ukuran 250 gram, 350 gram dan 1 kg dengan kemasan toples dan ziplock. Pemasarannnya dari semula dropship hingga ke marketplace. Ia mengatakan harga Groempyang lebih mahal dibanding ampyang di pasar yang dijual kiloan. Dengan kemasan eklusif dan penyajiannya di warung milenial, ia memastikan harganya pantas.

Pedagang ampyang di pasar paling ambil untung Rp1.000-Rp3.000 per kilogram. Tapi Grompyang ambil untung lebih. "Untuk ongkos produksi Rp20.000-Rp30.000, saya jual Rp35.000," katanya.

Berbekal pengalaman, ia mulai melakoni usaha ini sejak April 2019. Selama beberapa bulan hingga Januari 2020, penjualan Groempyang terhitung menguntungkan. Omzet bisa mencapai Rp10 juta per bulan. Untuk ukuran UKM pemula, angka tersebut cukup bagus

Sayangnya pandemi Covid-19 memukul mundur bisnis UKM termasuk Groempyang. Dari semula mempekerjakan enam orang, kini hanya dua saja. Di masa pemulihan, ia mulai bangkit dan menjajaki berbagai kemungkinan. Di paket pesanan diisi pula berbagai produk UKM selain Groempyang, bikinan para tetangganya. Kiriman tertuju berbagai wilayah di Indonesia seperti Sulawesi, Jabodetabek dan Surabaya.

Ariyanto mengatakan ampyang tetap diminati dimasa pandemi. Apalagi citarasanya pas dipadukan dengan kopi. Selain itu, ampyang unik dari citarasa dan kearifan lokal.

Bagikan

RELATED NEWS