Eksistensi Tanpa Batas: 10 Perusahaan Tertua di Indonesia yang Masih Bertahan

Redaksi Daerah - Jumat, 30 Agustus 2024 12:50 WIB
Inilah 10 Perusahaan Tertua yang Masih Beroperasi di Indonesia (Foto: Unilever Indonesia )

JAKARTA – Boston Consulting Group melaporkan bahwa usia harapan hidup rata-rata perusahaan hanya sekitar 40-50 tahun. Jika perusahaan dapat bertahan lebih lama dari waktu tersebut, maka dianggap beruntung. Di Indonesia sendiri tak banyak perusahaan yang bertahan lama.

Ada bisnis yang stagnan tanpa perkembangan, dengan keuntungan yang minim bahkan produk yang tidak laku. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam menjalankan bisnis dan usaha, kerugian adalah risiko yang tak terhindarkan dan harus dihadapi.

Untuk mencapai perusahaan berusia lama tentu tak mudah. Guncangan seperti kesalahan manajemen, konflik, dan krisis eksternal sering kali membuat perusahaan kesulitan untuk bertahan dalam jangka waktu yang lama. Perusahaan harus bisa memutar otak bagaimanapun caranya agar produknya laku.

Dalam menghadapi perkembangan zaman, perusahaan harus mampu beradaptasi dan cepat menanggapi berbagai kebutuhan. Oleh karena itu, perusahaan yang berhasil bertahan hingga ratusan tahun merupakan pencapaian yang sangat besar.

Di sisi lain, di Indonesia juga ada perusahaan yang masih kokoh hingga saat ini. Apa saja perusahaan itu? Yuk, simak artikel berikut!

Perusahaan Tertua di Indonesia

Berikut beberapa perusahaan tertua di Indonesia yang bertahan melintasi zaman:

Pos Indonesia (1746)

Kantor Pos pertama kali didirikan di Batavia (sekarang Jakarta) oleh Gubernur Jenderal G.W. Baron van Imhoff pada 26 Agustus 1746. Tujuannya adalah untuk memastikan keamanan surat-surat penduduk, khususnya bagi mereka yang berdagang dari kantor di luar Jawa dan bagi mereka yang bepergian ke dan dari Negeri Belanda.

Sejak saat itu, layanan pos telah ada untuk melayani publik. Empat tahun setelah pendirian Kantor Pos Batavia, Kantor Pos Semarang didirikan untuk menjalin hubungan pos yang lebih teratur antara kedua tempat tersebut dan mempercepat pengirimannya.

Pos Indonesia telah mengalami beberapa perubahan status sepanjang sejarahnya. Dimulai sebagai Jawatan PTT (Post, Telegraph dan Telephone), badan ini dipimpin oleh seorang Kepala Jawatan dan fokusnya adalah pada pelayanan publik, bukan kegiatan komersial. Seiring berjalannya waktu, statusnya berubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel).

dilansir dari posindonesia.co.id, mengikuti pesatnya perkembangan sektor pos dan telekomunikasi, pada tahun 1965, statusnya berganti menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos dan Giro), dan pada tahun 1978 menjadi Perum Pos dan Giro.

Dalam kapasitas ini, Perum diakui sebagai badan usaha tunggal untuk layanan pos dan giro, baik domestik maupun internasional. Setelah 17 tahun beroperasi sebagai Perum, statusnya diubah pada Juni 1995 menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Pos Indonesia (Persero).

Kantor pos tetap beroperasi meski terjadi dinamika politik dan ekonomi selama masa kolonial, bahkan semakin berkembang hingga masa kemerdekaan.

Setelah Indonesia merdeka, kantor pos didirikan di berbagai kota di seluruh negeri, semuanya terhubung satu sama lain. Hingga kini, kantor pos masih bertahan meskipun menghadapi tantangan dari pesaing dan perubahan zaman yang menuju ke arah digitalisasi.

Bank Rakyat Indonesia (1895)

Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank terbesar di Indonesia dan selalu termasuk dalam jajaran big four. Buku One Hundred Years Bank Rakyat Indonesia, 1895-1995 (1995:5-6) mencatat sejarah BRI berawal dari kas masjid.

Pada tahun 1894, seorang guru sekolah yang ingin mengadakan pesta sunatan terpaksa berhutang kepada rentenir karena tidak memiliki uang. Menyadari situasi ini, Raden Bei Aria Wirjaatmadja merasa prihatin karena gaji guru yang rendah kemungkinan besar akan terjebak dalam utang rentenir.

Wirjaatmadja kebetulan dipercaya untuk mengelola kas masjid Kota Purwokerto sebesar 4.000 gulden. Dia memutuskan untuk memanfaatkan uang kas tersebut untuk membantu guru agar tidak perlu berhutang kepada rentenir. Selain guru, pegawai dan petani juga bisa meminjam uang dari bank tersebut.

Pada 16 Desember 1895, Wirjaatmadja berhasil mendirikan bank simpan pinjam yang diberi nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden bersama Raden Atma Soepradja, R. Atma Soebrata, dan R. Djaja Soemitra. Setelah Indonesia merdeka, nama bank ini diubah menjadi Bank Rakyat Indonesia. Di tangan pemerintah Indonesia, BRI diambilalih menjadi bank milik negara.

Unilever (1933)

Unilever Indonesia pertama kali didirikan dengan nama “Lever’s Zeepfabrieken N.V.” yang bertempat di daerah Angke, Jakarta Utara berdasarkan akta No. 23 dari Mr. A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia.

Dilansir dari unilever.co.id, sejak 5 Desember 1933, Unilever Indonesia telah tumbuh menjadi salah satu perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) terkemuka di Indonesia yang menghadirkan berbagai produk sehari-hari seperti Pepsodent, Lux, Lifebuoy, Dove, Sunsilk, Clear, Rexona, Vaseline, Rinso, Molto, Sunlight, Wall’s, Royco, Bango, dan banyak lagi.

Unilever Indonesia pertama kali menawarkan sahamnya kepada publik pada 1981 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 11 Januari 1982. Lebih dari 4.000 karyawan turut berkontribusi dalam perkembangan bisnis.

Unilever Indonesia yang berpusat di Tangerang, memiliki lebih dari 40 brand dan memiliki 9 pabrik di area industri Jababeka, Cikarang, dan Rungkut, Surabaya. Semua pabrik dan produk-produk perusahaan juga telah memperoleh sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Kimia Farma (1817)

Dilansir dari kimiafarma.co.id, Kimia Farma merupakan perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1817. Pada awalnya, perusahaan ini dikenal dengan nama NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co.

NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk menyediakan obat-obatan modern, terutama obat-obatan untuk penyakit tropis. Dari sini, apotek berkembang menjadi raja di Indonesia dan mengalami beberapa transformasi signifikan.

Pada 1958, NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co dinasionalisasi menjadi Kimia Farma. Pada 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) mengubah statusnya menjadi perusahaan publik dengan nama PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam penulisan berikutnya disebut Perseroan. Pada saat yang sama, Perseroan juga tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.

Saat ini, Kimia Farma terus berkembang dengan fokus pada diversifikasi produk dan layanan serta memperluas jaringan apotek di seluruh Indonesia.

Bank HSBC Indonesia (1884)

Dilansir dari about.hsbc.co.id, HSBC Group memiliki sejarah panjang dan bervariasi di Indonesia. HSBC membuka cabang pertamanya di Jakarta pada tahun 1884 dengan nama The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited, Cabang Indonesia.

Perusahaan hadir di Indonesia, tepatnya di Batavia, seiring dengan pesatnya perdagangan gula pada tahun 1884. Sejarah mencatat bahwa HSBC menjadi salah satu bank yang memberikan kredit kepada para pengusaha gula di Indonesia.

PT Bank HSBC Indonesia didukung oleh sekitar 2.600 karyawan dan telah berkembang menjadi bank internasional terkemuka di Indonesia. Bank ini menyediakan layanan universal dalam Wholesale Banking untuk nasabah Korporasi dan Institusi, Global Markets untuk layanan Treasury dan Capital Markets, serta Wealth dan Personal Banking untuk nasabah ritel.

Pada tahun 2009, HSBC Group mengakuisisi Bank Ekonomi Raharja (Bank Ekonomi), sebuah bank lokal yang memiliki jaringan di seluruh Indonesia. Pada Oktober 2016, Bank Ekonomi resmi berganti nama menjadi PT Bank HSBC Indonesia.

April 2017 menjadi tonggak penting bagi HSBC Group di Indonesia dengan terintegrasinya dua bank ke dalam PT Bank HSBC Indonesia. Integrasi ini memungkinkan HSBC untuk memperluas jangkauannya dan berkontribusi pada perekonomian Indonesia dengan menghubungkan nasabah ke berbagai peluang melalui kehadiran kami di 18 kota di seluruh negeri.

Pegadaian (1901)

Pegadaian didirikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan akses cepat ke dana tunai melalui layanan gadai. Sejak berdirinya pada tahun 1901, Pegadaian telah mengalami beberapa perubahan dalam bentuk badan hukum, yang mencerminkan perannya yang terus berkembang dalam masyarakat.

Pegadaian adalah perusahaan BUMN yang menawarkan berbagai layanan keuangan, termasuk pembiayaan dan tabungan emas. Dengan layanan gadai yang mudah diakses oleh berbagai kalangan, Pegadaian memainkan peran penting dalam menyediakan solusi keuangan bagi mereka yang membutuhkan dana cepat.

Semen Padang (1910)

Peran penting semen dalam proyek pembangunan mendorong pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk mendirikan pabrik semen pertama di Indonesia dan Asia Tenggara pada tahun 1910. Pabrik tersebut, yang dikenal dengan nama NV Nederland Indische Portland Cement Maatschappij (NIPCM), sekarang dikenal sebagai Semen Padang.

Dasar hukum NIPCM adalah akta notaris Johannes Piter Smits No.358 yang dibuat di Amsterdam pada 18 Maret 1910.

Pabrik legendaris ini didirikan oleh perwira Belanda keturunan Jerman, Carl Christophus Lau. Ide untuk mendirikan pabrik ini muncul setelah Lau menemukan batu-batu menarik di sekitar kota Padang. Kemudian, CC Lau mengusulkan pendirian pabrik semen di Indarung.

Menurut sejarawan Mestika Zed dalam Indarung - Tonggak Sejarah Industri Semen Indonesia (2001), NIPCM langsung memperoleh keuntungan sebesar 2 juta gulden hanya dua tahun setelah beroperasi. Keberadaan pabrik ini juga membantu membentuk kawasan ekonomi baru di Sumatera Barat, dengan banyak wilayah baru yang muncul di sekitarnya.

NIPCM terus beroperasi selama masa pendudukan Jepang dan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1957, pabrik ini dinasionalisasi oleh Presiden Soekarno dan berganti nama menjadi Semen Padang. NIPCM tidak hanya merupakan pabrik semen biasa, tetapi juga bagian dari sejarah modernisasi di Sumatera Barat dan Indonesia secara keseluruhan.

Semen Padang telah digunakan dalam berbagai bangunan ikonik di Indonesia, termasuk Monumen Nasional (Monas) di Jakarta, Gedung MPR/DPR di Senayan, Jembatan Semanggi, Bursa Efek Indonesia, menara Jamsostek, Hotel Indonesia, serta puluhan gedung pencakar langit di kawasan Pusat Bisnis Sudirman (SCBD) Jakarta.

Sampoerna (1913)

Merek rokok ini adalah salah satu perusahaan rokok generasi awal di Indonesia. Sampoerna didirikan oleh Liem Seeng Tee pada tahun 1913 dengan nama Handel Maatschappij Liem Seeng Tee. Produk unggulan Sampoerna adalah Djie Sam Soe, yang namanya diambil dari pelafalan nomor ‘2 3 4’ dalam bahasa China. Karena rasanya yang enak, Djie Sam Soe dengan cepat menjadi populer di pasar.

Dengan tingginya permintaan, Sampoerna merekrut ribuan pegawai untuk melinting rokok. Puncak kejayaan Sampoerna terjadi pada tahun 1940, ketika perusahaan ini berhasil memproduksi 3 juta batang rokok per minggu. Saat ini, Sampoerna masih beroperasi sebagai salah satu produsen rokok terkemuka di Indonesia.

Kapal Api (1927)

Perusahaan kopi Kapal Api didirikan pada tahun 1927 oleh tiga bersaudara, yaitu Go Soe Loet, Go Bi Tjong, dan Go Soe Bin mendirikan pabrik penggorengan kopi di kawasan Pabean, Surabaya. Mereka memproduksi kopi bubuk yang diberi nama Hap Hoo Tjan.

Dilansir dari ideas.repec.org, produk kopi ini kemudian dijual secara keliling kampung dan di sekitar Pelabuhan Tanjung Perak menggunakan sepeda onthel. Anak-anak Go Soe Loet, yaitu Soedomo (pimpinan PT Santos Jaya Abadi), Indra, dan Soetikmo, juga terlibat dalam memasarkan produk kopi tersebut.

Awalnya, Go tidak berniat menjual kopi dalam kemasan sachet. Namun, menghadapi persaingan ketat, ia berinovasi dengan mengemas kopi dalam bentuk kemasan. Tak terduga, inovasi ini berhasil dengan baik.

Kopi Kapal Api kemudian menjadi salah satu pemimpin pasar kopi di Indonesia. Perusahaan berhasil memperluas distribusinya ke beberapa kota di luar Jawa, seperti Palembang, Makassar, Medan, dan Pontianak. Bahkan pada tahun 1985, kopi Kapal Api mulai diekspor ke Timur Tengah, Taiwan, Hongkong, dan Malaysia.

Multi Bintang Indonesia (1931)

Sejak tahun 1931, pabrik minuman alkohol pertama di Indonesia didirikan, yaitu NV Nederlandsch-Indische Bierbrouwerijen.

Didirikan di Surabaya, perusahaan ini dikenal karena produk andalannya, Bir Bintang, yang telah menjadi simbol minuman alkohol di Indonesia. Seiring waktu, Multi Bintang telah mengalami banyak perubahan, termasuk rebranding dan pengenalan varian non-alkohol untuk menyesuaikan dengan preferensi konsumen yang berubah.

Saat ini, perusahaan ini terus memimpin industri minuman beralkohol di Indonesia, dengan produk yang diakui secara internasional dan standar kualitas yang tinggi.

Itu dia beberapa perusahaan tertua di Indonesia yang masih eksisi hingga saat ini.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 24 Aug 2024

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 30 Agt 2024

Editor: Redaksi Daerah

RELATED NEWS