Desain 'Adaptive Reuse' Bioskop Dian Bandung Karya Mahasiswa UNS, Raih Juara 1 PARADESC Unpar
Sabtu, 30 Januari 2021 01:16 WIB
Salah satu desain pada museum Bioskop Dian yang diberi nama Onthouden undefined
SOLO (Soloaja.co) – Tim mahasiswa Prodi Arsitektur FT UNS yang terdiri dari Nathasya Lintang, Muhammad Hasby, dan Fahran Nicole berhasil menyabet juara 1 sayembara desain mahasiswa, Parahyangan Design Competition (Paradesc) 2020 Universitas Katolik Parahyangan (Unpar).
Ajang sayembara desain mahasiswa yang diikuti ketiganya ditujukan untuk menggali kreativitas mahasiswa dalam mencari ide dalam mengembalikan “nyawa bangunan” cagar budaya yang dijadikan objek sayembara.
“Sayembara desain mahasiswa yang tahun ini mengusung tema ‘Adaptive Reuse’ mahasiswa diajak untuk menyelesaikan permasalahan bangunan cagar budaya Bioskop Dian, Bandung, yang terbengkalai agar kembali hidup,” ujar Dr. Yosafat Winarto selaku dosen pendamping, pada media, Jumat 29 Januari 2021.
Prestasi tersebut menjadi kebanggan tersendiri bagi Prodi Arsitektur FT UNS sebab ketiga mahasiswa yang berkompetisi berhasil menyingkirkan 75 peserta sayembara yang berasal dari berbagai perguruan tinggi.
Selain itu, hasil desain yang dikompetisikan juga harus melewati seleksi dan penilaian ketat dari dewan juri yang berkompeten di bidangnya. Mereka adalah Prof. Johanes Widodo, Ir. David Bambang Soedijono, Ir. Achmad Tardiyana, Dr. Harastoeti Dibyo, dan Georgius Budi.
Dr. Yosafat menerangkan konsep desain yang diterapkan Lintang, Hasby, dan Nicole mengusung tema perkembangan film yang diwujudkan dalam bentuk Museum Bioskop dengan judul “Onthouden”.
“Desain mereka menghadirkan pengalaman menikmati sejarah perkembangan film melalui studio-studio pemutaran yang ‘khas’, tidak hanya mengenal sejarah perkembangan film, melalui ‘Onthouden’, tetapi juga menyampaikan pengalaman visual dan rasa melalui desain studionya,” terang Dr. Yosafat.
Tema desain dalam ruangan yang mengadaptasi konsep industrial rejuvination disebut Dr. Yosafat sebagai upaya untuk memperbaiki bagian bangunan sesuai dengan bahan awalnya dan memberikan nuansa modern yang fresh tanpa mengubah terlalu banyak suasana lama bangunan.
Ia menerangkan, Lintang, Hasby, dan Nicole membagi desain gedung menjadi 13 bagian, yang terdiri dari studio penayangan, area layar misbar, tribun penonton, area tenant kaki lima, area pameran, toilet, gudang, ruang pengelola, ruang arsip, film main, hall ticketing, area makan, ruang sistem.
Ia menambahkan desain yang inklusif, fleksibel, dan tetap terbuka dengan perkembangan berhasil menarik perhatian dewan juri. Bahkan, salah satu anggota dewan juri Prof. Johanes Widodo memberikan pujian terhadap desain “Onthouden”.
Prof. Johanes mengungkapkan desain “Onthouden” tidak hanya menjawab permasalahan yang ada tetapi juga mempertahankan “mind, body, soul” dari bangunan cagar budaya Bioskop Dian, Bandung, yang menjadi keunggulan desain mereka.
Di bawah bimbingan Dr. Yosafat Winarto, Hasby, Lintang, dan Nicole berharap desain sayembara yang telah dimatangkan tersebut dapat menjadi inspirasi bagi pengembangan desain-desain cagar budaya di Indonesia agar lebih konservatif dan tidak menghilangkan “nyawa bangunan” yang dilestarikan.
“Bagi kami, cagar budaya bukan hanya bangunan lama yang tidak terpakai, tetapi juga menyimpan nyawa dan cerita yang membawanya hingga sekarang,” ucap Lintang.
Bagikan
RELATED NEWS