Demi Kedaulatan Energi Nasional, FPM Dorong Pemuda Kembangkan Inovasi Energi Terbarukan

Kusumawati - Senin, 19 April 2021 17:33 WIB
Webinar bertajuk “Pemuda dan Agenda Energi 2021: Sinergi Mengawal Prospek Ketahanan Nasional” (foto: istimewa) undefined

YOGYAKARTA (Soloaja.co) – Proyeksi krisis energi menjadi menjadi ancaman tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga dunia. Cadangan energi konvensional berupa minyak, gas, dan batu baru diprediksi akan habis 50 tahun ke depan. Karena itu, Front Pemuda Madura (FPM) mengajak kaum muda memikirkan solusi strategis.

Muchlas Samorano, Sekretaris Jenderal FPM, menproyeksi pada 2025 Bangsa Indonesia diprediksi akan mengalami krisis energi.

"Sangat memungkinkan terjadi krisis energi di tengah kenyataan bahwa sumber energi konvensional terus berkurang. Sementara, kita tahu, kebutuhan energi alam negeri dari waktu ke waktu terus meningkat. Cadangan energi dalam negeri masih terlalu banyak bergantung pada energi tak terbarukan berupa fosil dan sejenisnya,” terang Muchlas, dalam sambutannya membuka Webinar bertajuk “Pemuda dan Agenda Energi 2021: Sinergi Mengawal Prospek Ketahanan Nasional” di Yogyakarta, Senin 19 April 2021.

Bagi Muchlas, trayek ketahanan energi nasional mesti segera mengganti skema tersebut. Kenyataan berkurangnya cadangan energi konvensional mesti menjadi momentum untuk energi alternatif yang baru terbarukan.

“Energi baru terbarukan (EBT) menjadi keniscayaan untuk menunjang ketahanan dan kemandirian energi nasional. Jadi, selain eksplorasi dan eksploitasi sumber energi fosil, kita mesti menemukan, mengelola, dan menggunakan energi baru terbarukan,” terang dia.

“Mengembangkan energi baru terbarukan bisa dikuatkan melalui paket kebijakan pemerintah yang lebih efektif dan efisien. Kebijakan nasional yang lebih proper pada EBT menjadi keharusan untuk mendukung proyek ketahanan energi nasional,” sambung Muchlas.

Selain itu, kata Muchlas, tantangan energi nasional juga disebabkan oleh tumpang-tindih peraturan sehingga mengakibatkan layanan yang tak efisien. Kemudian, kemampuan industri dalam negeri yang tidak memadai menjadi tantangan kemandirian energi nasional.

“Di samping itu, tantangan ketahanan energi kita selalu berkisar pada soal ancaman mafia, polemik impor, dan intervensi kepentingan-kepentingan negara luar. Meski begitu, pemuda mestinya mengambil peran untuk kolabrasi mencari solusi strategis,” sebut Muchlas.

Bagaimanapun, kontribusi pemuda dalam mendorong kemandirian energi nasional begitu besar. Selain mendesak pemerintah untuk mengeluarkan paket kebijakan yang lebih efektif, pemuda juga menjadi lumbung kajian yang lebih inovatif.

“Pemua mesti di garda depan mendorong kajian dan pertimbangan strategis dengan melibatkan stakeholder, akademisi, pakar, dan publik luas. Dengan mengajak kalangan muda lebih partisipatif dan aktif terlibat duntuk mendorong terciptanya inovasi energi baru terbarukan,” pungkas Muchlas.

Pada kegiatan melalui platfor Zoom Meeting itu, hadir sebagai pembicara Ketua DPC GMNI Yogyakarta, diwakili Sekretaris Umum, Jaka Herlambang, Ketua Cabang PMII DI Yogyakarta, Yanju Sahara, dan Ketua Umum HMI Cabang Yogyakarta iwakili Sekretaris Umum, Nadhruna’im Abdillah. Kegiatan itu diikuti oleh 70-an lebih partisipan yang notabene adalah kalangna pemuda, OKP, mahasiswa, hingga akademisi.

RELATED NEWS