Dekranasda Dorong Warga Binaan Lapas Semarang Jadi Pengrajin Batik Profesional

Kusumawati - Selasa, 23 Desember 2025 14:38 WIB
Dekranasda Jateng apresiasi Batik karya penghuni lapas Semarang (Humas Jateng)

SEMARANG (Soloaja.co) — Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jawa Tengah, Nawal Arafah Yasin, mendorong warga binaan di Lapas Perempuan Semarang (LP Kelas II A) untuk menjadi pengrajin batik profesional setelah menyelesaikan masa pembinaan dan kembali ke masyarakat. Keterampilan membatik ini diyakini Nawal dapat menjadi bekal utama kemandirian ekonomi, serta jalan untuk bangkit dan berdaya.

Dorongan ini disampaikan Nawal seusai menghadiri kegiatan Fashion Show Batik Nusantara bertema “Benang Cinta Ibu Dari Balik Tangan yang Menguatkan,” dalam rangka Peringatan Hari Ibu ke-97 di Lapas tersebut, Senin (22/12/2025) sore. Kehadiran Nawal sekaligus menyukseskan program prioritas Gubernur Ahmad Luthfi dan Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) di bidang perempuan, seni, dan budaya.

Luncurkan Batik Khas ‘Malini Padma’

Dalam acara tersebut, Nawal menyaksikan langsung beragam karya batik hasil kreativitas warga binaan yang diperagakan di atas panggung. Ia memuji karya-karya tersebut yang dinilai memiliki motif indah dan bernilai seni tinggi.
Nawal mengapresiasi program pengembangan keterampilan di Lapas yang mampu menghasilkan produk khas yang dinamai Batik Malini Padma.

"Saya mengapresiasi bagaimana warga binaan diikutsertakan untuk mengembangkan kreativitasnya, inovasinya, dan mereka bisa membuat satu karya batik yang hari ini di-launching. Namanya batik Malini Padma, khasnya adalah bunga teratai," terang istri Wakil Gubernur Jateng tersebut.

Batik Malini Padma resmi diluncurkan oleh Nawal bersama Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Imipas RI Mashudi, Kepala Kanwil Ditjen Permasyarakatan Jateng Mardi Santosa, anggota DPR RI Samuel Wattimena, dan Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng.

Bekal Jawab Stigma Buruk

Mengingat Jawa Tengah adalah provinsi dengan jumlah pengrajin batik tertinggi di Indonesia (2.299 unit produsen), Nawal berharap program pembinaan ini semakin memperkuat ekosistem pengrajin batik di daerah.

Ia juga berharap bekal keterampilan ini mampu meningkatkan kepercayaan diri warga binaan saat kembali ke masyarakat, sehingga mereka dapat menjawab stigma buruk terhadap mantan narapidana.

"Mereka memiliki bakat yang sangat luar biasa, dan tentunya ini menjadi satu bekal untuk nanti ketika keluar dari Lapas, bisa berdikari sendiri dan menjawab stigma yang ada di masyarakat," ungkap Ketua Tim Penggerak PKK Jawa Tengah ini.

Lebih lanjut, Nawal mendorong Lapas agar juga membekali warga binaan dengan pelatihan merancang kain siap pakai (ready to wear). Hal ini dianggap penting untuk meningkatkan value dan daya jual produk, sekaligus mendukung visi Gubernur Luthfi dan Wagub Yasin yang menjadikan sektor ekonomi kreatif sebagai penopang pertumbuhan ekonomi daerah.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Mashudi, mengapresiasi kegiatan tersebut sebagai bukti bahwa hasil pembinaan di Lapas dilakukan secara terarah dan bertanggung jawab.
“Kami menempatkan pembinaan kemandirian melalui pengembangan batik, koperasi, UMKM, sebagai bagian strategi pendayagunaaan warga binaan, sekaligus menguatkan ekonomi lokal," tutup Mashudi.

Editor: Redaksi

RELATED NEWS