DeepSeek China Sedang Viral, Apa yang Membuat AI Amerika Waspada?
JAKARTA - Startup asal China, DeepSeek, baru saja merilis model AI terbaru yang diklaim sebanding atau bahkan lebih unggul dari model-model terkemuka di Amerika Serikat, namun dengan biaya yang jauh lebih rendah. Inovasi ini berpotensi mengubah dinamika persaingan teknologi di tingkat global.
DeepSeek mulai menarik perhatian komunitas AI internasional setelah menerbitkan sebuah makalah bulan lalu yang mengungkapkan bahwa pelatihan model DeepSeek-V3 hanya memerlukan biaya kurang dari US$6 juta dengan menggunakan chip Nvidia H800.
Saat ini, asisten AI DeepSeek yang berbasis DeepSeek-V3 telah melampaui ChatGPT sebagai aplikasi gratis dengan peringkat tertinggi di App Store milik Apple di Amerika Serikat. Keberhasilan ini memicu perdebatan mengenai alasan di balik keputusan perusahaan teknologi Amerika untuk menginvestasikan miliaran dolar di sektor AI.
- 9 Rekomendasi Drama Korea Terbaru Tayang Februari 2025, Wajib Ditonton!
- Mengenal 11 Perayaan Tahun Baru Imlek di Berbagai Negara
- Hindari LK21-Oppadrama! Ini 5 Situs Legal untuk Nonton Drama dengan Aman
Dampaknya, saham sejumlah perusahaan teknologi besar yang berada di Wallstreet khususnya di Nasdaq yang merupakan kumpulan saham sektor tersebut termasuk Nvidia, mengalami tekanan hebat akibat perkembangan ini.
Mengapa DeepSeek Membuat Geger?
Sejak OpenAI meluncurkan ChatGPT pada akhir 2022, perusahaan teknologi China berlomba menciptakan chatbot berbasis AI. Namun, peluncuran chatbot setara ChatGPT pertama dari China oleh Baidu, mengecewakan banyak pihak karena kesenjangan kemampuan AI antara perusahaan China dan Amerika.
Kendati begitu, DeepSeek berhasil membalikkan narasi tersebut. Model mereka, DeepSeek-V3 dan DeepSeek-R1, dipuji oleh eksekutif Silicon Valley dan insinyur teknologi Amerika. DeepSeek mengklaim model ini sebanding dengan model tercanggih OpenAI dan Meta, tetapi lebih hemat biaya.
DeepSeek-R1, yang dirilis pekan lalu, dikatakan 20 hingga 50 kali lebih murah dibandingkan model O1 milik OpenAI, tergantung pada tugasnya. Hal inilah yang membuat beberapa analis tercengang akan hal tersebut.
Namun, skeptisisme tetap ada. CEO Scale AI, Alexandr Wang, dalam wawancara dengan CNBC, menuding DeepSeek memiliki 50.000 chip Nvidia H100, yang menurutnya melanggar aturan ekspor Amerika terkait chip AI canggih ke perusahaan China.
Sementara itu, analis Bernstein dalam catatan riset mereka menyebutkan bahwa biaya total pelatihan model V3 jauh lebih tinggi dari klaim US$5,58 juta yang digunakan untuk daya komputasi. Biaya pelatihan model R1 juga tidak diungkapkan.
Siapa di Balik DeepSeek?
DeepSeek berbasis di Hangzhou dan pemegang saham utamanya adalah Liang Wenfeng, salah satu pendiri hedge fund High-Flyer. Pada Maret 2023, High-Flyer mengumumkan rencana mereka untuk fokus pada riset Artificial General Intelligence (AGI) melalui DeepSeek.
Catatan perusahaan China menunjukkan bahwa High-Flyer memiliki paten terkait kluster chip yang digunakan untuk melatih model AI. Pada Juli 2022, unit AI High-Flyer mengklaim memiliki dan mengoperasikan 10.000 chip A100.
Keberhasilan DeepSeek menarik perhatian pejabat tinggi China. Pada 20 Januari, hari peluncuran DeepSeek-R1, pendiri Liang Wenfeng menghadiri simposium tertutup yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri Li Qiang, menurut laporan Xinhua.
Bagaimana Pandangan Beijing terhadap DeepSeek?
Hadirnya Liang dalam pertemuan tersebut mengindikasikan pentingnya DeepSeek dalam misi Beijing untuk mengatasi kendala ekspor Washington dan mencapai kemandirian di industri strategis seperti AI. Hal serupa terjadi pada tahun sebelumnya, ketika CEO Baidu, Robin Li, diundang ke simposium serupa.
Keberhasilan DeepSeek telah memicu pertanyaan besar: apakah ini awal dari pergeseran kekuatan teknologi global? Dengan efisiensi biaya dan kemampuan model yang semakin mendekati dominasi Silicon Valley, DeepSeek bisa menjadi katalisator perubahan di industri AI.
Namun, tantangan tetap ada. Skeptisisme terhadap sumber daya yang digunakan DeepSeek serta tekanan geopolitik dari Amerika bisa menjadi batu sandungan di masa depan. Meski begitu, DeepSeek telah membuktikan bahwa China tidak hanya mampu mengejar, tetapi juga menantang dominasi teknologi Amerika.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Alvin Pasza Bagaskara pada 28 Jan 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 31 Jan 2025