Dampak Penutupan USAID: Program Penting di Indonesia Terancam Berhenti

Redaksi Daerah - Rabu, 12 Februari 2025 12:20 WIB
Daftar Program di Indonesia yang di Ujung Tanduk Usai USAID Ditutup

JAKARTA - Keputusan pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk menutup United States Agency for International Development (USAID) mulai memicu kekhawatiran di Indonesia.

Pengumuman ini disampaikan oleh Kepala Direktur Operasional Grup Eksekutif (DOGE) AS, Elon Musk, setelah berdiskusi dengan Presiden Donald Trump.

Penutupan USAID merupakan bagian dari kebijakan pemangkasan anggaran serta kampanye Make America Great Again (MAGA), yang diperkirakan akan berdampak besar pada berbagai program bantuan kemanusiaan dan pembangunan di Indonesia.

USAID, yang telah beroperasi sejak 1961, kini secara resmi berada di bawah kendali Kementerian Luar Negeri AS dengan kepemimpinan sementara Marco Rubio.

Keputusan ini mendapat kritik dari banyak pihak karena USAID sebelumnya beroperasi sebagai lembaga independen yang berfokus pada bantuan kemanusiaan dan pembangunan di negara berkembang. Penggabungan ini dikhawatirkan dapat mengurangi efektivitas serta netralitas program bantuan dari AS.

Dampak Penutupan USAID di Indonesia

Selama lebih dari 20 tahun, USAID telah memberikan bantuan senilai US$5 miliar atau sekitar Rp81 triliun (kurs Rp16.000) kepada Indonesia, mencakup berbagai sektor seperti kesehatan, pendidikan, perubahan iklim, dan pemerintahan demokratis.

Pada tahun 2023 saja, USAID mengalokasikan dana sebesar US$153 juta atau sekitar Rp2,4 triliun untuk program-program di Indonesia.

Beberapa program utama yang dijalankan USAID antara lain USAID MPHD, yang berfokus pada peningkatan layanan kesehatan ibu dan bayi, USAID PASTI, yang bertujuan menekan angka stunting pada anak, serta USAID PREVENT TB, yang menangani pencegahan dan pengobatan tuberkulosis (TBC).

Selain itu, selama pandemi COVID-19, USAID memberikan bantuan senilai US$65 juta dan membantu pengiriman 100 juta dosis vaksin ke Indonesia.

Salah satu dampak paling mengkhawatirkan dari penutupan USAID adalah terganggunya program penanganan HIV/AIDS di Indonesia. USAID merupakan penyandang dana utama bagi Global Fund, yang menyediakan sepertiga dari total dana untuk program HIV/AIDS melalui PEPFAR-USAID.

Bantuan ini digunakan untuk pendampingan penyintas HIV dan gaji petugas lapangan. Tanpa dukungan USAID, program ini berpotensi terhambat, bahkan terhenti.

Penutupan USAID juga akan memengaruhi program vaksinasi polio, penanganan stunting, serta akses sanitasi dan air minum di Indonesia. Sejak 2023, USAID telah menggelontorkan US$3,2 juta atau sekitar Rp48,4 miliar untuk distribusi 31 juta dosis vaksin polio bekerja sama dengan WHO.

Di Papua, program PASTI-Papua dengan dana US$4 juta atau sekitar Rp65,3 milyar untuk tiga kabupaten juga terancam. Padahal, prevalensi stunting di Papua Tengah mencapai 39,4% dan di Papua Selatan 25%.

Di sektor lingkungan, USAID mendukung program IUWASH Tangguh dan uji coba Zona Air Minum Prima (ZAMP) di Pematangsiantar. Program ini bertujuan meningkatkan akses air minum aman hingga 45% pada 2030.

Sejak tanggal 24 Januari 2025, USAID Indonesia telah membatalkan tiga permohonan bantuan, termasuk untuk spesialis penyakit menular dan ketahanan perkotaan.

"Nah kekurangan ini yang nanti akan, pasti akan ada dampaknya," terang Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dalam keterangan resmi, dikutip Jumat, 7 Februari 2024.

Meski demikian, Budi menyatakan bahwa Indonesia masih mendapat dukungan dari negara lain, seperti Australia, yang memberikan bantuan senilai 130 juta Dolar Australia atau sekitar Rp1,3 triliun (kurs Rp10.300).

"Tapi kita juga masih ada negara donor-donor lain. Kemarin kan saya ke Australia, kita juga dapat komitmen men-secure 130 juta dolar. Walaupun dolar Australia sama dolar USA beda ya. Tapi setidaknya kan komitmen itu sudah kita dapatkan," tambah Budi.

Penutupan USAID menimbulkan tantangan besar bagi Indonesia, terutama dalam menjaga keberlanjutan program-program yang telah berjalan.

Pemerintah Indonesia perlu mencari alternatif pendanaan dan kerja sama dengan lembaga internasional lainnya untuk memastikan bahwa program kesehatan, pendidikan, dan lingkungan tetap berjalan.

Dampak penutupan USAID ini tidak hanya dirasakan oleh Indonesia, tetapi juga oleh banyak negara berkembang lainnya yang selama ini bergantung pada bantuan kemanusiaan AS. Keputusan ini mengingatkan kembali pentingnya kemandirian dan keberlanjutan dalam pembangunan nasional.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 07 Feb 2025

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 12 Feb 2025

Editor: Redaksi Daerah

RELATED NEWS