ChatGPT Pro Mahal? OpenAI Tetap Rugi Meski Harga Langganan Rp3,2 Juta
JAKARTA - CEO OpenAI, Sam Altman, seperti yang dilaporkan oleh Techcrunch diketahui baru saja mengungkapkan bahwa perusahaan saat ini sedang mengalami kerugian pada paket langganan ChatGPT Pro seharga US$200 atau sekitar Rp3,2 juta per bulan karena pengguna memanfaatkan layanan ini lebih banyak dari yang diperkirakan.
"Saya secara pribadi yang menentukan harganya," tulis Altman dalam serangkaian postingan di X (sebelumnya Twitter), "dan saya pikir kami akan menghasilkan uang."
Seperti yang Anda ketahui ChatGPT Pro, yang resmi diluncurkan akhir tahun lalu, memberikan akses ke versi AI OpenAI yang ditingkatkan, mode o1 pro, serta menghapus batasan penggunaan pada beberapa alat lainnya, termasuk generator video Sora.
- Strategi Cerdas Berinvestasi di Kripto untuk Menghindari Kerugian Saat Harga Turun
- 5 Ciri-ciri iPad Anda Butuh Segera Diupgrade!
- 5 Taipan Kelapa Sawit yang Mendominasi Daftar Orang Terkaya Indonesia
Namun, harga ChatGPT Pro yang mencapai US$2.400 atau sekitar Rp38,7 juta per tahun bukanlah keputusan yang mudah sejak awal. Manfaat dari mode o1 pro juga dinilai masih belum sepenuhnya jelas.
Akan tetapi, berdasarkan postingan Sam Altman, tampaknya pengguna yang berlangganan layanan ini benar-benar memanfaatkannya hingga menyebabkan kerugian bagi OpenAI.
Ini bukan pertama kalinya OpenAI menentukan harga produk secara kurang strategis. Dalam wawancara dengan Bloomberg baru-baru ini, Altman mengatakan bahwa paket premium pertama ChatGPT tidak melalui studi harga yang mendalam.
"Kami menguji dua harga, US$20 dan US$42," katanya. “Orang-orang merasa US$42 terlalu mahal, tetapi mereka puas dengan US$20. Jadi, kami memilih US$20. Keputusan ini diambil sekitar akhir Desember 2022 atau awal Januari. Tidak ada studi harga yang serius,” tambahnya.
OpenAI Masih Belum Menguntungkan
Meskipun telah mengumpulkan pendanaan sekitar US$20 miliar sejak didirikan, OpenAI masih belum mencetak keuntungan. Perusahaan diperkirakan mengalami kerugian sekitar US $5 miliar pada pendapatan US$3,7 miliar tahun lalu.
Pengeluaran besar seperti gaji karyawan, biaya sewa kantor, dan infrastruktur pelatihan AI menjadi penyebab utamanya. Sebelumnya, ChatGPT diperkirakan menghabiskan biaya sekitar US$700.000 per hari untuk dioperasikan.
Baru-baru ini, OpenAI juga mengakui membutuhkan lebih banyak modal daripada yang dibayangkan saat bersiap untuk restrukturisasi perusahaan guna menarik investasi baru.
- Program Klasterku Hidupku BRI Berhasil Berdayakan Petani Alpukat di Probolinggo
- Rekomendasi Merek Mobil Listrik yang Diprediksi Rilis di Indonesia Tahun 2025, Tertarik Beli?
- Nonton Aman Tanpa Risiko, Ini Rekomendasi Platform Legal Pengganti LK21 dan Rebahin
Selain itu, untuk mencapai keuntungan, OpenAI disebut sedang mempertimbangkan kenaikan harga pada berbagai tingkatan langganannya. Dalam wawancara dengan Bloomberg, Altman juga mengisyaratkan kemungkinan penerapan harga berbasis penggunaan untuk beberapa layanan.
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh pada 07 Jan 2025