BRIN Sarankan Jateng Fokus Hilirisasi Komoditas Lokal, Kunci Jawab Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

Kusumawati - Jumat, 07 November 2025 09:19 WIB
Sekda Provinsi Jateng Sumarno dan Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, (Humas Jateng)

SEMARANG (Soloaja.co) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyarankan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) untuk tidak hanya mengandalkan investasi besar, tetapi juga fokus pada peningkatan nilai tambah komoditas lokal atau hilirisasi. Strategi ini dinilai mampu menjadi kontributor kunci dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional yang dipatok 8 persen.
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menyampaikan pandangan ini dalam kegiatan Anugerah Karya Riset Pembangunan Jawa Tengah 2025 dan peluncuran DocRIDa di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Kota Semarang, Kamis (6/11/2025).
“Pertumbuhan 8% ini bisa terjadi hanya dua hal: Investasi besar masuk atau peningkatan nilai tambah (komoditas lokal),” kata Handotarg.

Peluang di Sektor Tengah: Kasus Bawang Merah

Handoko menjelaskan bahwa meskipun investasi besar penting untuk menciptakan lapangan kerja padat karya (trickle down effect), peningkatan nilai tambah komoditas lokal akan menyentuh langsung perekonomian masyarakat.
Ia mencontohkan komoditas bawang merah di Jawa Tengah yang memiliki potensi ekonomi besar. Sektor hulu (produksi petani) dan hilir (kuliner) sudah berjalan baik. Namun, inovasi produk di sektor tengah (pengolahan) dirasa kurang.

“Padahal bawang merah bisa dibuat menjadi produk hilirisasi, misalnya diolah dalam bentuk bubuk kemasan, dan lain-lain. Ini mampu menjaga nilai jualnya, dan meredam gejolak fluktuasi harga di pasaran,” jelasnya.

Handoko menekankan bahwa penciptaan nilai tambah ekonomi yang paling besar justru ada di sektor tengah ini.
"Nah, itu yang menjadi tugas BRIN, dan Brida Jateng. Bukan menjadi lembaga riset, melainkan harus menjadi penggerak, fasilitator sumber daya yang ada,” tambahnya.

Riset Harus Menyelesaikan Masalah Mendasar

Sekretaris Daerah Jawa Tengah, Sumarno, menanggapi bahwa riset dan inovasi merupakan suatu keharusan dalam menyelesaikan setiap permasalahan di Jateng. Ia menegaskan bahwa riset tidak harus selalu muluk-muluk, tetapi harus menyasar hal-hal yang mendasar dan mampu menyelesaikan permasalahan spesifik di tengah masyarakat.

”Intinya pada apa yang menjadi potensi-potensi di Jawa Tengah. Inovasi-inovasi harus dilakukan supaya lebih ekspansif dan lebih bisa berkontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Tengah,” katanya.

Kehadiran para periset dan inovasi pada sektor pangan, budaya, dan pariwisata diharapkan mampu menggerakkan ekonomi daerah dan berdampak langsung pada lapisan masyarakat.

Editor: Redaksi

RELATED NEWS