11 Kesalahan Investasi Pemula yang Bikin Rugi

Redaksi Daerah - Rabu, 24 Desember 2025 10:08 WIB
11 Kesalahan Investasi yang Mengintai Investor Pemula

JAKARTA, TRENASIA.ID - Minat masyarakat terhadap investasi terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, seiring kemudahan akses aplikasi keuangan dan maraknya edukasi di media sosial.

Namun di balik tren positif tersebut, banyak investor pemula justru terjebak pada kesalahan-kesalahan mendasar yang berpotensi menggerus hasil investasi, bahkan menimbulkan kerugian.

Kesalahan ini umumnya bukan disebabkan oleh kurangnya modal, melainkan minimnya perencanaan, pemahaman risiko, dan pengelolaan emosi dalam menghadapi dinamika pasar.

Dilansir TrenAsia dari berbagai sumber, Selasa, 23 Desember 2025, berikut sederet kesalahan investasi yang wajib dihindari investor pemula.

BACA JUGA:

Kesalahan Investor Pemula Saat Mulai Investasi

Kesalahan Investor Pemula Saat Mulai Investasi

1. Tidak Menentukan Tujuan Investasi

Salah satu kesalahan paling umum adalah berinvestasi tanpa tujuan yang jelas. Investor yang tidak menetapkan target, seperti dana pensiun, pendidikan anak, atau pembelian rumah, cenderung mudah panik ketika pasar berfluktuasi.

Tanpa tujuan yang spesifik, strategi investasi menjadi tidak terarah dan keputusan sering diambil secara impulsif.

2. Mengabaikan Diversifikasi

Banyak investor pemula menaruh seluruh dana pada satu saham atau satu sektor dengan harapan keuntungan besar. Padahal, strategi ini justru meningkatkan risiko secara signifikan. Diversifikasi diperlukan untuk menyeimbangkan portofolio, sehingga penurunan nilai pada satu aset dapat dikompensasi oleh aset lainnya.

3. Kurang Memperhatikan Aspek Teknis

Kesalahan teknis juga sering luput diperhatikan. Beberapa di antaranya adalah terlalu sering melakukan jual beli sehingga menimbulkan biaya transaksi tinggi, belum memiliki dana darurat sehingga terpaksa menjual aset di saat pasar sedang turun, serta minim riset terhadap instrumen yang dibeli. Banyak investor hanya mengikuti rekomendasi tanpa memahami analisis fundamental di baliknya.

Baca juga : Olahraga Raket Naik Daun di Tengah Gaya Hidup Sehat Urban

4. Terjebak Emosi dan FOMO

Faktor emosi menjadi jebakan klasik bagi investor pemula. Ketakutan ketinggalan tren atau fear of missing out (FOMO) mendorong pembelian aset di harga tinggi, sementara kepanikan saat pasar turun membuat investor menjual di harga rendah. Pola ini merusak potensi keuntungan jangka panjang dan sering berujung pada penyesalan.

5. Mencoba Market Timing

Upaya menebak waktu terbaik untuk masuk dan keluar pasar juga menjadi kesalahan yang kerap dilakukan. Strategi market timing sangat sulit dilakukan secara konsisten, bahkan oleh investor profesional. Kesalahan dalam timing justru membuat investor kehilangan momentum terbaik pertumbuhan pasar.

6. Mentalitas Cepat Kaya

Keinginan memperoleh keuntungan besar dalam waktu singkat sering kali menggeser investasi ke arah spekulasi atau perjudian. Mentalitas cepat kaya membuat investor mengabaikan risiko dan memilih instrumen berisiko tinggi tanpa perhitungan matang, yang berpotensi menimbulkan kerugian besar.

7. Tidak Memahami Profil Risiko

Setiap investor memiliki profil risiko yang berbeda. Memilih aset berisiko tinggi tanpa kesiapan mental dan finansial dapat memicu stres, kecemasan, serta keputusan emosional yang merugikan. Pemahaman terhadap toleransi risiko menjadi fondasi penting dalam membangun portofolio yang sehat.

8. Tidak Melakukan Rebalancing

Portofolio yang dibiarkan tanpa penyesuaian juga berpotensi menimbulkan masalah. Perubahan nilai aset seiring waktu dapat membuat komposisi portofolio menjadi terlalu berisiko atau tidak lagi sesuai dengan tujuan awal. Rebalancing diperlukan agar alokasi aset tetap seimbang.

9. Menunda Terlalu Lama untuk Berinvestasi

Sebagian calon investor menunda investasi karena merasa modalnya belum cukup besar. Padahal, menunda berarti kehilangan manfaat bunga berbunga atau compounding yang bekerja optimal dalam jangka panjang. Memulai lebih awal, meski dengan nominal kecil, sering kali lebih menguntungkan dibanding menunggu modal besar.

Baca juga : Kaleidoskop Bursa 2025: Banjir Obligasi Korporasi Tembus Rp209 Triliun

10. Mengabaikan Biaya Produk Investasi

Biaya pengelolaan, expense ratio, dan biaya tersembunyi lainnya kerap diabaikan. Dalam jangka panjang, biaya yang terlihat kecil ini dapat menggerus imbal hasil secara signifikan tanpa disadari investor.

11. Kurang Edukasi Berkelanjutan

Investasi menuntut pembelajaran berkelanjutan. Investor seharusnya memahami bagaimana instrumen yang dimiliki menghasilkan keuntungan. Jika seseorang tidak mampu menjelaskan cara kerja asetnya, maka risiko yang ditanggung kemungkinan terlalu tinggi untuk diterima.

Investasi bukan tentang mencari keuntungan instan, melainkan soal disiplin, kesabaran, dan pemahaman risiko. Memulai dengan tujuan jelas, nominal terjangkau, riset mendalam, serta strategi yang konsisten menjadi kunci utama dalam membangun portofolio investasi yang sehat dan berkelanjutan.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 24 Dec 2025

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 24 Des 2025

Editor: Redaksi Daerah

RELATED NEWS