Penuh Kontroversi, Ini Kisah Daniel Ek yang Kini Mundur dari Spotify
JAKARTA - Setelah hampir 20 tahun memimpin Spotify dan mengubah cara dunia menikmati musik, Daniel Ek, pendiri sekaligus CEO platform streaming tersebut, resmi mengumumkan pengunduran dirinya per 1 Januari 2026.
Ek tidak benar-benar meninggalkan perusahaan, melainkan akan beralih menjadi Executive Chairman dengan fokus pada strategi jangka panjang serta pengembangan teknologi di Eropa. Selama masa kepemimpinannya, ia berhasil menjadikan Spotify sebagai raksasa streaming global, meski perjalanan itu juga diwarnai sejumlah kontroversi, mulai dari isu kompensasi untuk musisi hingga investasinya di sektor teknologi pertahanan.
“Saya telah menghabiskan dua puluh tahun, hampir seluruh kehidupan dewasa saya, sebagai CEO Spotify, Saya siap beralih dari pemain menjadi pelatih.” ujar Ek yang kini berusia 42 tahun, dikutip laman Forbes, Kamis, 2 Oktober 2025.
Keputusan ini menandai berakhirnya sebuah era penting dalam sejarah industri musik digital, dan membuka babak baru dalam kepemimpinan Spotify.
Baca juga : IHSG Diprediksi Rebound, Saham Andalannya PSAB, INDY, dan ARTO
Kontroversi Daniel Ek
Daniel Ek dikenal sebagai sosok visioner yang mengubah wajah industri musik digital. Namun, sejumlah keputusan bisnis dan pernyataannya dalam beberapa tahun terakhir menuai kritik luas dari komunitas musik dan publik.
Forbes menyebut, salah satu kontroversi besar adalah investasi dalam teknologi militer AI. Melalui firma investasinya, Prima Materia, Ek memimpin investasi senilai €600 juta ke Helsing, perusahaan Jerman pengembang sistem AI untuk drone dan pertahanan militer.
Langkah ini memicu persepsi negatif bahwa royalti artis secara tidak langsung digunakan untuk mendanai teknologi perang, sehingga sejumlah musisi seperti Massive Attack, Deerhoof, dan King Gizzard & the Lizard Wizard melakukan boikot dengan menarik karya mereka dari Spotify.
Kontroversi kedua berkaitan dengan model kompensasi artis. Spotify menggunakan sistem “streamshare” yang membagi pendapatan berdasarkan pangsa pasar, bukan tarif per streaming.
Tarif efektif yang diterima artis berkisar antara US$0,002 hingga US$0,005 per stream. Banyak musisi menilai sistem ini eksploitatif karena hanya menguntungkan pemegang hak besar.
Situasi ini semakin panas pada 2024 ketika Spotify mendemonetisasi lagu-lagu dengan jumlah streaming tahunan di bawah 1.000 kali, mengalihkan pendapatan tersebut kepada pemegang hak utama.
Kontroversi ketiga muncul pada Mei 2024, ketika Ek melalui media sosial menyatakan bahwa “biaya membuat konten kini hampir nol.” Pernyataan tersebut memicu gelombang kritik dari musisi di berbagai belahan dunia yang menilai Ek sebagai “miliarder yang tidak memahami realitas industri musik,” serta menyoroti tingginya biaya produksi dan distribusi karya musik.
Baca Juga : Dari Solo, Warga Sipil Serukan 9 Tuntutan untuk Benahi Iklim Demokrasi
Profil Profesional Daniel Ek
Dikutip laman Forbes, Daniel Ek mendirikan Spotify pada tahun 2006 di Swedia bersama Martin Lorentzon dengan tujuan melawan pembajakan musik melalui layanan streaming legal yang mudah diakses.
Selama hampir 20 tahun kepemimpinannya, Spotify berkembang pesat menjadi platform audio terbesar di dunia, dengan lebih dari 700 juta pengguna aktif bulanan dan 280 juta pelanggan berbayar.
Spotify berhasil memperluas layanan ke berbagai segmen, mulai dari musik, podcast, hingga buku audio dan konten orisinal. Mulai 1 Januari 2026, Ek akan beralih ke posisi Executive Chairman.
Dalam peran barunya, ia akan berfokus pada strategi jangka panjang perusahaan, pengalokasian modal, serta menghadapi berbagai tantangan regulasi di tingkat global.
Ek juga menyatakan bahwa perubahan peran ini akan memungkinkannya untuk membangun lebih banyak “supercompany” di Eropa, yakni perusahaan teknologi raksasa yang mampu bersaing dengan dominasi Amerika Serikat dan Tiongkok.
Tongkat estafet kepemimpinan Spotify akan dipegang oleh dua sosok internal yang telah lama berperan penting, yaitu Gustav Söderström dan Alex Norström.
Keduanya telah bergabung dengan Spotify selama lebih dari 15 tahun dan pada 2023 dipromosikan menjadi co-presidents, langkah yang kini diformalisasi melalui sistem kepemimpinan ganda.
"Mereka lebih dari mampu dan lebih dari siap untuk mengambil alih. Dan dalam banyak hal, mereka jauh lebih baik dalam memimpin perusahaan ini daripada saya sebelumnya, sebagai sebuah tim." ujar Ek.
Söderström, yang menjabat sebagai Chief Product & Technology Officer, akan fokus pada inovasi produk dan pengembangan teknologi. Sementara Norström, sebagai Chief Business Officer, akan memimpin ekspansi bisnis global dan strategi pasar.
Dewan direksi Spotify menegaskan bahwa transisi ini telah direncanakan jauh sebelum kontroversi mencuat dan bukan merupakan reaksi terhadap tekanan publik.
Dengan pengalaman panjang keduanya, Spotify berharap stabilitas operasional tetap terjaga sekaligus membuka ruang untuk inovasi dan perubahan strategis di masa depan.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 02 Oct 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 02 Okt 2025