Menguak Penyebab Gen Z Terlilit Utang Meski Terlihat Stabil Finansial

Redaksi Daerah - Senin, 21 Oktober 2024 17:01 WIB
Meski Dikenal Kuat Finansial, Ternyata Ini Alasan yang Bikin Gen Z Justru Terlilit Utang (Freepik)

JAKARTA – Generasi Z (Gen Z) adalah kelompok orang yang lahir pada 1997-2012, dan sekarang berusia 8-23 tahun. Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia (Kemnaker RI) mengungkapkan, Gen Z yang telah memasuki dunia kerja cukup tinggi. Berdasarkan data dari Kemnaker, 52% Gen Z di dunia kerja berada dalam kategori usia 15-30 tahun.

Gen Z juga dikenal sebagai generasi yang memiliki kekuatan finansial yang cukup signifikan. Namun, cenderung menunjukkan sikap yang boros dan konsumtif. Sebagai pekerja baru yang memulai karir dari bawah, sebagian besar dari mereka menerima gaji yang ‘cukup’ dan memiliki keterampilan yang masih terbatas. Salah satunya adalah keterampilan dalam pengelolaan keuangan.

Berdasarkan informasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), ingkat literasi keuangan Gen Z mencapai 44,04%, yang lebih rendah 3,94% dibandingkan dengan generasi milenial. Dengan angka 44,04%, literasi keuangan ini tergolong rendah karena berada di bawah 60%.

Dari sudut pandang ini, wajar jika pandangan finansial Gen Z belum matang, mengingat literasi keuangan sangat terkait dengan kemampuan pengelolaan keuangan. Menurut pakar finansial, ada beberapa kebiasaan Gen Z yang tanpa disadari membuat mereka rentan terjebak dalam utang. Kira-kira apa saja? Yuk, simak!

Alasan Gen Z Rentan Terlilit Utang

Berikut beberapa alasan gen Zgampang terlilit utang:

Sulit Kontrol Gaya Hidup

Gaya hidup yang konsumtif, boros, dan cenderung menghamburkan uang menjadi akar permasalahan keuangan yang serius. Sayangnya, kebiasaan ini sering dilakukan oleh Gen Z. Akibatnya, meski memiliki kondisi keuangan yang cukup baik, perlahan-lahan keadaan finansial mereka akan memburuk karena tidak dapat mengendalikan gaya hidup tersebut.

Penghasilan yang dimiliki sering kali habis hanya untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup. Parahnya, Gen Z diprediksi tidak akan memiliki sisa uang untuk ditabung, apalagi untuk dana darurat. Ketika menghadapi kebutuhan mendesak atau masalah keuangan, Gen Z akan kesulitan mengatasinya dan terpaksa mengajukan pinjaman atau berutang.

Membeli barang-barang mewah seperti gadget terbaru, membeli sesuatu tanpa mempertimbangkan anggaran, hingga tiket konser yang sebenarnya tidak terlalu diperlukan dapat menyebabkan pengeluaran menjadi berlebihan.

Terjebak Paylater

Perkembangan teknologi mendorong banyak perusahaan untuk menawarkan transaksi keuangan secara digital. Salah satu contohnya adalah paylater. Paylater adalah sistem pembayaran yang ditunda, sehingga masyarakat bisa membeli barang tanpa harus membayar di muka. Sebagai gantinya, setiap individu akan melakukan pembayaran setiap bulan beserta bunga.

Berbagai tawaran menarik yang diberikan oleh sejumlah perusahaan penyedia paylater bertujuan untuk menarik perhatian Gen Z agar menggunakan layanan ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Saat ini, banyak perusahaan perbankan mulai mengembangkan layanan pembayaran digital paylater. Hal ini memanjakan Gen Z dalam melakukan transaksi pembayaran secara digital.

Layanan paylater bisa sangat menguntungkan jika digunakan dengan bijak. Sayangnya, banyak Gen Z yang menggunakannya secara berlebihan, hingga tidak sadar mereka terjebak dalam utang. Penting untuk dipahami, paylater bukan alat untuk memperoleh dana tambahan demi memenuhi keinginan berbelanja.

Ketagihan Layanan Kartu Kredit

Kalian perlu menyadari, menggunakan kartu kredit untuk berbelanja dapat menyebabkan tagihan membengkak karena adanya bunga dan biaya layanan. Terlebih lagi, jika kartu kredit digunakan untuk membeli barang atau kebutuhan yang sebenarnya tidak mendesak.

Dalam waktu singkat, kalian akan merasakan dampak buruk dari kebiasaan menggunakan kartu kredit ini terhadap kondisi keuangan. Setiap bulan, kalian akan menghadapi beban cicilan yang semakin bertambah dan semakin menggunung.

Bayangkan, kalian baru saja menikmati kenyamanan gaya hidup yang ditawarkan oleh kartu kredit, tapi tiba-tiba tagihan bulan ini datang dengan jumlah yang lebih besar dari yang diperkirakan! Lonjakan bunga, denda keterlambatan, dan penurunan skor kredit bisa menjadi mimpi buruk. Stres yang ditimbulkan bisa merusak suasana hati dan hubungan dengan orang-orang terdekat.

Tidak masalah jika sesekali melakukannya, tetapi jika kebiasaan ini terus berlanjut, utang dan cicilan akan terus bertambah setiap bulannya. Hal ini tentu akan membuat keadaan keuangan semakin berantakan.

Mulai sekarang, kalian perlu lebih teliti dalam mengelola dan menggunakan uang yang dimiliki. Semoga bermanfaat!

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 20 Oct 2024

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 21 Okt 2024

Editor: Redaksi Daerah

RELATED NEWS