Harga Selangit, Kecepatan Seret: Potret Internet Indonesia di ASEAN
JAKARTA - Tak disangka, negara dengan biaya internet tertinggi di Asia Tenggara justru memiliki kecepatan koneksi paling lambat kedua di kawasan. Laporan terbaru per September 2025 mengungkap adanya kesenjangan besar dalam kualitas jaringan internet di Asia Tenggara.
Menurut data Speedtest Global Index serta laporan harga internet dari We Are Social dan Cable.co.uk pada Selasa, 7 Oktober 2025, kecepatan internet Indonesia, baik untuk jaringan seluler maupun fixed broadband, masih tertinggal jauh dibandingkan sejumlah negara tetangga seperti Singapura, Thailand, dan Vietnam.
- India Luncurkan Sistem Pembayaran dengan Wajah dan Sidik Jari
- Ingin Mobil Awet dan Irit? Begini Cara Menghemat Biaya Perawatan Kata Pakar Otomotif
- Lagi Tren di TikTok, Ini Alasan Mengapa Anda Harus Ikut Loud Budgeting
Untuk layanan internet mobile, Brunei Darussalam memimpin dengan kecepatan unduh rata-rata 184,86 Mbps dan menempati peringkat ke-9 dunia. Singapura menyusul di posisi kedua dengan 164,75 Mbps (peringkat 12 dunia), sementara Vietnam dan Malaysia juga melesat di atas 140 Mbps.
Indonesia berada di peringkat ke-83 dunia, dengan kecepatan rata-rata hanya 45,01 Mbps. Angka ini tertinggal jauh dari rata-rata kawasan yang mencapai 107 Mbps.
Pada kategori fixed broadband, Singapura tak tertandingi dengan kecepatan mencapai 394,30 Mbps, sekaligus menjadi peringkat pertama dunia.
Thailand dan Vietnam menyusul di posisi berikutnya dengan kecepatan 262,42 Mbps dan 261,80 Mbps, keduanya masuk 10 besar global.
Baca Juga : BRI Peduli Berdayakan Eks Pekerja Migran Lombok Lewat Pelatihan Kerajinan Bambu dan Wirausaha
Indonesia kembali tertinggal dengan kecepatan 39,88 Mbps, berada di peringkat 116 dunia, bahkan di bawah Kamboja dan Laos.
Rata-rata kecepatan fixed broadband di kawasan ASEAN mencapai 147 Mbps, atau hampir empat kali lipat dari capaian Indonesia.
Perbedaan utama antara internet mobile dan fixed broadband terletak pada sistem jaringan serta fleksibilitas penggunaannya. Internet mobile memanfaatkan jaringan seluler seperti 4G atau 5G, sehingga dapat diakses di mana saja selama terdapat sinyal. Namun, kecepatan dan kestabilannya sangat bergantung pada kekuatan jaringan di lokasi pengguna.
Sementara itu, fixed broadband menggunakan jaringan kabel, terutama fiber optik, yang dipasang di lokasi tetap seperti rumah atau kantor. Jenis koneksi ini tidak sefleksibel internet mobile dalam hal mobilitas, tetapi menawarkan kecepatan yang lebih tinggi serta koneksi yang lebih stabil, sehingga cocok untuk aktivitas berat seperti streaming, gaming, atau bekerja dari rumah.
Paling Mahal di ASEAN
Ironisnya, meskipun kecepatan internet di Indonesia tergolong rendah, biaya langganan fixed broadband justru menjadi yang tertinggi di kawasan ASEAN. Harga per Mbps per bulan di Indonesia mencapai 0,41 dolar AS, jauh melampaui Thailand (0,02 dolar), Singapura (0,03 dolar), Vietnam (0,04 dolar), Malaysia (0,09 dolar), dan Filipina (0,14 dolar).
Kondisi ini menunjukkan bahwa harga tinggi tidak selalu sebanding dengan kecepatan dan kualitas layanan yang diberikan. Lambatnya kecepatan internet di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor.
Pertama, infrastruktur jaringan yang belum merata, terutama di wilayah luar Pulau Jawa, menyebabkan akses internet cepat belum dapat dinikmati secara luas.
Kedua, kapasitas bandwidth yang terbatas membuat jaringan sulit mengimbangi pertumbuhan jumlah pengguna dan lonjakan permintaan data yang terus meningkat.
Baca juga : TOBA, ENRG, PGEO Jadi Andalan Saat IHSG Melemah
Selain itu, karakteristik geografis Indonesia sebagai negara kepulauan membuat biaya pembangunan infrastruktur jaringan menjadi lebih tinggi dibandingkan negara lain di kawasan. Hal ini berdampak pada tarif layanan internet yang cenderung mahal.
Pemerintah saat ini tengah gencar mendorong transformasi digital melalui pembangunan infrastruktur telekomunikasi, perluasan jaringan fiber optik, serta persiapan implementasi 5G secara nasional.
Meski demikian, kesenjangan antara harga dan kualitas layanan internet masih menjadi tantangan besar yang harus segera diatasi.
Ringkasan Data
Kecepatan Internet Mobile (Mbps) – Agustus 2025
- Brunei – 184,86 Mbps (Peringkat global: 9)
- Singapura – 164,75 Mbps (Peringkat global: 12)
- Vietnam – 152,17 Mbps (Peringkat global: 16)
- Malaysia – 143,56 Mbps (Peringkat global: 20)
- Thailand – 124,33 Mbps (Peringkat global: 30)
- Filipina – 59,64 Mbps (Peringkat global: 66)
- Kamboja – 53,58 Mbps (Peringkat global: 76)
- Indonesia – 45,01 Mbps (Peringkat global: 83)
- Laos – 42,94 Mbps (Peringkat global: 86)
- Myanmar – tidak tercatat
Kecepatan Fixed Broadband (Mbps) – Agustus 2025
- Singapura – 394,30 Mbps (Peringkat global: 1)
- Thailand – 262,42 Mbps (Peringkat global: 9)
- Vietnam – 261,80 Mbps (Peringkat global: 10)
- Malaysia – 154,03 Mbps (Peringkat global: 41)
- Brunei – 83,14 Mbps (Peringkat global: 78)
- Filipina – 105,17 Mbps (Peringkat global: 54)
- Kamboja – 49,32 Mbps (Peringkat global: 105)
- Laos – 47,46 Mbps (Peringkat global: 109)
- Indonesia – 39,88 Mbps (Peringkat global: 116)
- Myanmar – 26,90 Mbps (Peringkat global: 132)
Harga Internet Fixed Broadband per Mbps per Bulan (USD)
- Indonesia – 0,41 USD
- Filipina – 0,14 USD
- Malaysia – 0,09 USD
- Vietnam – 0,04 USD
- Singapura – 0,03 USD
- Thailand – 0,02 USD
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 07 Oct 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 08 Okt 2025