Hadiah Hari Jadi ke-79 Sukoharjo: Buku Sejarah Kabupaten Resmi Diluncurkan

Kusumawati - Senin, 14 Juli 2025 19:59 WIB
Bambang Hermanto penulis buku Hari Lahir Kabupaten Sukoharjo (Soloaja)

SUKOHARJO (Soloaja.co) - Dalam rangka Hari Jadi ke-79 Kabupaten Sukoharjo yang jatuh pada 15 Juli 2025, semangat literasi dan kebanggaan akan sejarah daerah ini berkobar dengan diluncurkannya buku berjudul "Hari Jadi Kabupaten Sukoharjo". Acara peluncuran buku ini digelar di Sukmo Jati Sukoharjo pada Senin (14/7).

Buku ini merupakan gagasan dan hasil kerja keras Bambang Hermanto, Ketua Komunitas Omah Tulis Sukoharjo. Ia menjelaskan bahwa proses pengumpulan data dan literasi untuk buku ini memakan waktu kurang lebih tiga bulan.

“Pengumpulan data-data dari berbagai pustaka literasi itu sekitar 3 bulan. Apakah itu dari perpus, dari Pemerintah Kabupaten Sukoharjo sendiri, dan juga dari buku Babad Solo dan Runtuhnya Kartosuro, itu saya mulai dari situ. Itulah proses pembuatan buku Hari Lahir Kabupaten Sukoharjo ini,” jelas Bambang Hermanto kepada awak media, Senin (14/07).

Bambang juga mengungkapkan bahwa dalam proses penulisan, ia melibatkan berbagai narasumber, baik dari kalangan pemerintahan maupun masyarakat. Salah satu kisah menarik yang diangkat adalah cerita putri dari Bupati Suwarno, mengenai masa ketika Sukoharjo dikuasai tentara merah (PKI) selama enam hari.

“Cerita tentang bagaimana bapaknya ditulis seperti dipisahkan di dalam buku ini juga ada, meskipun tidak terlalu banyak kisahnya saya ambilkan dari buku naskah sejarah lahirnya Kabupaten Sukoharjo,” tambahnya.

Motivasi utama di balik penulisan buku ini, menurut Bambang, adalah keinginan untuk menyumbangkan catatan sejarah yang belum ada secara komprehensif.

“Saya merasa saya bagian insan literatur Sukoharjo, ingin membuat ini Mas, keinginan karena selama ini belum ada. Saya belum mengetahui bukunya sejarah lahir Kabupaten Sukoharjo. Maka saya sebagai insan literatur di Sukoharjo ingin sekali membuat catatan sejarah ini,” tuturnya.

Ia menyadari bahwa buku ini mungkin belum sempurna, dan berharap akan ada penyempurnaan di tahun-tahun mendatang.

Menjelajahi Sejarah Sukoharjo dari Tiga Kawedanan hingga Pengakuan Republik

Buku ini mengulas perjalanan sejarah Kabupaten Sukoharjo, dimulai dari masa sebelum terbentuknya kabupaten. Bambang mengawali narasi dari keberadaan tiga kawedanan — Kawedanan Larangan (Sukoharjo), Kartasura, dan Weru — yang kala itu berada di bawah pemerintahan swapraja Kasunanan Surakarta.

Adanya perlawanan dari berbagai wilayah seperti Karanganyar, Sragen, Sukowati, dan Wonogiri yang ingin memisahkan diri dari Kasunanan dan membentuk Republik, akhirnya mendorong Sukoharjo menjadi yang terakhir mengajukan pembentukan kabupaten.

Proses ini memuncak dengan terbitnya SK Nomor 16 SD yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno, saat pemerintahan RI masih berkedudukan di Yogyakarta. Ini menjadi pengakuan cikal bakal Kabupaten Sukoharjo. Perjalanan sejarah terus berlanjut, dari deklarasi kemerdekaan 1945, proklamasi 1946, hingga pengangkatan bupati pertama dari Mangkunegaran.

Cetakan perdana buku ini dicetak terbatas sebanyak 100 eksemplar. Bambang mengungkapkan bahwa hampir seluruhnya sudah habis terjual.

“Ini terbitan pertama Mas. Memang kami mencetak 100, jujur saja. Dan ini hampir sudah habis tinggal 10 biji,” ujarnya.

Momen peluncuran ini menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Bambang untuk dapat berbagi informasi kepada khalayak luas.

Dukungan terhadap pembuatan buku ini datang dari berbagai pihak, khususnya teman-teman dari Komunitas Omah Tulis Sukoharjo dan akademisi, termasuk dosen dari universitas.

“Teman-teman dari komunitas Omah Tulis dan dari akademisi, dari teman dosen dari UNS itu mendorong sekali untuk membuat buku ini,” kata Bambang.

Pejabat seperti Mas Ari dari pemerintahan dan Sumarsono, Ketua Dewan Kesenian, juga turut mendukung terwujudnya buku ini. Mereka berharap buku ini dapat menjadi warisan sejarah tertulis yang berharga bagi Kabupaten Sukoharjo, dan pada akhirnya, akan tersimpan di Perpustakaan Kabupaten Sukoharjo sebagai referensi bagi generasi mendatang.

Editor: Redaksi

RELATED NEWS