Pelukis
Minggu, 21 Desember 2025 12:55 WIB
Penulis:Kusumawati
Editor:Redaksi

JAKARTA (Soloaja.co) – Sebuah sinergi unik antara institusi penegak hukum dan manajemen seni terwujud dalam pameran seni visual bertajuk "Ethereal Passage: The Metaphysycal Transmogrification World of Kemal Suhaya".
Pameran yang digagas oleh Siji Art Management dan Kejaksaan RI ini resmi dibuka oleh Jaksa Agung Republik Indonesia, Prof. Dr. ST. Burhanuddin, S.H., M.M., di The Ritz Carlton Jakarta pada Jumat, 19 Desember 2025.
Pameran ini menampilkan 25 karya dari perupa muda berbakat, Kemal Suhaya, putra dari pelukis legendaris Iwan Suhaya. Kemal, alumni Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Yogyakarta dan Nanyang Academy of Fine Arts (NAFA) Singapore, menyajikan karya-karya yang mengeksplorasi perjalanan batin, transformasi metafisik, dan refleksi psikologis melalui pendekatan visual kontemplatif.
Hasil Lelang untuk Rumah Restorative Justice dan Bencana Sumatera
Sebagai bentuk kontribusi nyata, pameran ini dilengkapi dengan kegiatan lelang dua karya pilihan Kemal Suhaya, yang berjudul "Alam Takambang jadi Guru" dan "Inner Verse".
Hasil lelang tersebut akan didistribusikan melalui Kejaksaan Agung RI untuk pengembangan Rumah Restorative Justice dan bantuan kemanusiaan bagi masyarakat yang terdampak bencana di Aceh dan Sumatera.
Jaksa Agung RI, Prof. Dr. ST. Burhanuddin, menyampaikan apresiasi terhadap inisiatif ini. Menurutnya, seni dan penegakan hukum memiliki kesamaan dalam membangun nilai-nilai kemanusiaan.
“Sebagaimana kejaksaan senantiasa berupaya menegakkan keadilan dan ketertiban, seni pun hadir menajamkan nurani publik, membangkitkan empati, serta merawat daya imajinasi,” ujar Jaksa Agung.
Pameran "Ethereal Passage" terbuka untuk umum, berlangsung mulai 20 Desember 2025 hingga 19 Maret 2026. Tak lepas dari peran Siji Art Management.
Founder Siji Art Management, Cut Nailil Muna, M.I.Kom., M.Sn., menegaskan bahwa kolaborasi ini mempertegas komitmen manajemennya untuk menghadirkan pameran yang memiliki nilai sosial dan kontribusi nyata bagi masyarakat.
Seni sebagai Ruang Refleksi Diri
Sementara itu, Kemal Suhaya, sang perupa, melihat pameran ini sebagai momentum penting dalam perjalanannya.
“Seni untuk saya bukan hanya sekadar proses penciptaan, melainkan upaya berkelanjutan untuk mendalami relasi antara kemanusiaan, kesadaran, dan arti bertumbuh yang membentuk eksistensi individu,” jelas Kemal.
Ia menambahkan, karya-karya yang dipamerkan lahir dari proses perenungan mendalam, dengan harapan dapat menghadirkan ruang refleksi bagi para pengunjung.
“Melalui lelang dua karya, saya berharap dapat berkontribusi dalam pengembangan Rumah Restorative Justice, serta membantu saudara-saudara kita yang terdampak bencana. Saya percaya, generasi yang sehat secara jiwa dan raga akan melahirkan generasi emas,” tutup Kemal Suhaya.
Bagikan
UNS
setahun yang lalu