Indonesia
Senin, 07 Oktober 2024 14:33 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA – Batu bara merupakan salah satu sumber energi penting di dunia, yang kini dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik yang menyuplai hampir 40% kebutuhan energi global. Seperti yang dilansir dari FT UGM, selama berabad-abad batu bara telah berperan penting tidak hanya dalam pembangkit listrik, tetapi juga sebagai bahan bakar utama dalam produksi baja, semen, pengolahan alumina, pabrik kertas, serta dalam industri kimia dan farmasi.
Bisnis batu bara dianggap sebagai peluang yang sangat menguntungkan bagi para pengusaha. Sektor pertambangan ini memiliki prospek yang cukup menjanjikan di Indonesia hingga saat ini. Karena banyak pengusaha di negara ini yang terlibat dalam industri pertambangan.
Tidak heran jika para pengusaha yang terlibat dalam bisnis tambang dikenal sebagai individu kaya raya dengan penghasilan yang sangat besar.
Dilansir dari Forbes, berikut beberapa orang terkaya Indonesia pemilik bisnis batu bara:
Low Tuck Kwong dikenal sebagai raja batu bara. Ia adalah pengusaha Indonesia sekaligus pemilik PT Bayan Resources Tbk (BYAN), sebuah perusahaan pertambangan batu bara di Indonesia.
Sebelumnya, Low Tuck Kwong menghibahkan 7,33 miliar saham atau setara dengan 22% sahamnya di PT Bayan Resources Tbk (BYAN) kepada putrinya, Elaine Low. PT Bayan Resources sendiri adalah perusahaan batu bara yang dimiliki dan dikendalikan oleh Low Tuck Kwong, dengan sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
BYAN adalah emiten batu bara dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa saham domestik. Saat ini, kapitalisasi pasarnya mencapai Rp658,33 triliun. Low Tuck Kwong memiliki kekayaan sebesar US$27,2 miliar atau sekitar Rp422,79 triliun.
Keluarga Widjaja terlibat dalam hampir semua sektor bisnis. Perusahaan yang didirikan mendiang Eka Tjipta Widjaja ini berada di bawah naungan Sinar Mas Group. Dalam bisnis batu bara, Sinar Mas Group memiliki PT Dian Swastika Sentosa Tbk. (DSSA) yang beroperasi di sektor energi dan infrastruktur.
Anak perusahaan DSSA, yaitu PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS) dan Golden Energy and Resources Ltd. (GEAR), menjadi kontributor di bidang batu bara. GEAR tidak hanya memiliki tambang di Indonesia, tetapi juga telah mengakuisisi aset tambang di Australia, yaitu Stanmore Coal. Putra Eka, Franky Oesman Widjaja, menjabat sebagai Komisaris Utama DSSA.
Adapun, kekayaan keluarga Widjaja mencapai US$10,8 miliar atau berkisar Rp168,3 triliun.
Garibaldi Thohir adalah CEO dan pemegang saham utama Adaro Energy, salah satu eksportir batu bara terbesar di dunia.
Kakak Menteri BUMN Erick Thohir, bersama Theodore Permadi Rachmat alias Teddy Rachmat dan Edwin Soeryadjaya, mendirikan emiten raksasa PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) saat pertama kali melantai di bursa pada tahun 2008, perusahaan ini berhasil meraih dana IPO terbesar dalam sejarah, yang baru-baru ini rekornya dipecahkan oleh Bukalapak.
Salah satu sumber kekayaan terbesar Boy berasal dari kepemilikan sahamnya di PT Adaro Energy. Namun, aktivitas bisnisnya tidak hanya terbatas pada sektor batu bara. Pada tahun 2023, kekayaannya tercatat mencapai US$3,3 miliar atau sekitar Rp51,29 triliun.
Kiki Barki Makmur adalah pendiri emiten tambang batu bara PT Harum Energy Tbk (HRUM), yang menjadikannya salah satu taipan batu bara terkaya di Indonesia menurut majalah Forbes.
Pengusaha batu bara Kiki Barki mendirikan Harum Energy pada tahun 1995 dan mencatatkan perusahaannya di bursa saham pada tahun 2010. Kiki Barki menguasai 79,79% saham HRUM.
Selain Harum Energy, Kiki juga memiliki tambang batu bara swasta, Tanito Harum. Putra sulungnya, Lawrence Barki, menjabat sebagai presiden komisaris Harum, sementara putra bungsunya, Steven Scott Barki, menjadi komisaris.
Forbes mencatat kekayaan bersih Kiki mencapai US$1,3 miliar atau setara dengan Rp20,5 triliun pada tahun 2023. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya, di mana kekayaannya mencapai US$1,9 miliar atau setara dengan Rp29,97 triliun pada tahun 2022.
Edwin Soeryadjaya adalah putra dari William Soeryadjaya, pendiri Astra International. Ia bergabung dengan Astra pada tahun 1978 dan berperan dalam restrukturisasi keuangan perusahaan serta membawa Astra menjadi perusahaan publik pada Februari 1990.
Namun, pada tahun 1993, Edwin Soeryadjaya meninggalkan Astra dan pada tahun 1998, ia mulai mendirikan perusahaan investasinya sendiri bernama Saratoga Investama Sedaya.
Melalui Saratoga, ia mengembangkan berbagai perusahaan di berbagai sektor, mulai dari pertambangan, infrastruktur, telekomunikasi, hasil bumi, hingga otomotif. Dilansir dari Saratoga Investment, melalui firma ekuitas swastanya, Saratoga Capital, pria yang lahir pada 17 Juli 1949 ini merupakan pemegang saham besar di perusahaan tambang batu bara Adaro Energy.
Adapun, setelah tahun 2000, industri pertambangan batu bara mulai berkembang pesat di Indonesia, dan Edwin Soeryadjaya ikut terjun ke dalam bisnis ini. Ia mengikuti jejak sepupunya, Teddy Rachmat, yang juga pernah aktif di Astra dan terlibat dalam pendirian perusahaan batu bara Pama Persada. Pada tahun 2023, Edwin memiliki kekayaan sebesar US$1,24 miliar atau setara dengan Rp19,27 triliun.
Eddy Sugianto adalah pendiri grup pertambangan batu bara Mandiri dan presiden komisaris Prima Andalan Mandiri yang terdaftar di Indonesia. Ia membawa Prima Andalan Mandiri ke publik pada tahun 2021 dan mengumpulkan US$32 juta. Perusahaan jasa batubara miliknya, Mandiri Herindo Adiperkasa, juga dikenal sebagai Mandiri Services, meraup US$31 juta melalui IPO pada Juli 2023.
Itu dia beberapa orang terkaya Indonesia pemilik bisnis batu bara.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 04 Oct 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 07 Okt 2024
Bagikan
PLTU
9 hari yang lalu