Ini Alasan Sultan HB X Kagumi Film Losmen Bu Broto

Senin, 15 November 2021 08:10 WIB

Penulis:Kusumawati

Editor:Redaksi

IMG_20211114_182438.jpg
Suasana gala premier Loamen Bu Broto (Humas Pemda DIY)

JOGJA (Soloaja.co) - Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan apresiasinya dan kagum atas Film ‘Losmen Bu Broto’ yang resmi tayang pada Minggu 14 November 2021.

Sri Sultan mengatakan bahwa dialog egaliter khas masyarakat Jogja merupakan suatu hal yang layak diangkat dalam sebuah cerita film berlatar Jogja.

“Dialog egaliter menunjukkan kedekatan satu sama lain, makanya kan dagelan itu juga asalnya dari Jogja. Membangun kebersamaan dalam satu nilai itu di situ,” jelas Ngarsa Dalem.  

Hal tersebut disampaikan Sri Sultan saat menghadiri Gala Premier Film Losmen Bu Broto, di Studio 1, Empire XXI, Jalan Urip Sumohardjo, Yogyakarta, Sabtu 13 November 2021.

Sri Sultan hadir langsung bersama GKR Hemas dan didampingi perwakilan pemeran utama film Losmen Bu Broto seperti Mathias Muchus (Pak Broto) dan Maudy Koesnaedi (Bu Broto), sutradara film yakni Ifa Isfansyah dan Eddie Cahyono, serta produser film Andi Boediman dan Robert Ronny.

Losmen Bu Broto adalah film drama Indonesia 2021 yang diadaptasi dari serial TVRI tahun 1987 dengan judul Losmen. Serial ini diciptakan oleh Tatiek Maliyati dan Wahyu Sihombing dengan jumlah total 31 episode. Untuk edisi tahun 2021 ini, film Losmen Bu Broto diproduksi Paragon Pictures, Ideosource Entertainment, Fourcolours Films, dan Ideoworks.

Film ini juga dibintangi oleh Maudy Ayunda (Sri), Putri Marino (Pur), Baskara Mahendra (Tarjo), Danilla Riyadi (Danilla), Marthino Lio (Jarot), dan Landung Simatupang (Herman).

Sri Sultan menambahkan jika secara pribadi memiliki kenangan tersendiri dengan film tersebut. 

“Dulu saya juga menyaksikan di televisi. Harapan saya, dengan mengambil background tradisi atau budaya Jogja yang hampir 100%, kita kaji apakah dialog-dialog, konteks pendekatan budaya unggah-ungguh dalam film tersebut sesuai dengan masyarakat atau tidak, karena hal itu adalah nilai yang dipegang oleh masyarakat,” tambah Sri Sultan.

Adapun selanjutnya menurut Sri Sultan, film ini dinilai bagus karena sesuai dengan kultur local Yogyakarta. "Jadi komentar saya, kalau nonton film ini bagi saya bagus. Yang kedua adalah memadai dan yang ketiga aspek kultur itu memadai. Values, nilai juga memadai dalam arti bukan dalam apa yang kita pikirkan tapi apa yang kita rasakan," urai Sri Sultan.

Kalau dari film, Losmen Bu Broto sendiri bercerita tentang kehidupan keluarga pemilik losmen. Dialog yang terbangun haruslah egaliter, jadi digambarkan pemilik losmen dengan tamu itu dialognya egaliter, maka tamunya betah. Komunikasinya satu kesatuan, itu khasnya Yogyakarta,” terang Sri Sultan. Tambah Sri Sultan, film Losmen Bu Broto diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk mendukung karakteristik Jogja sebagai Kota Budaya dan Pariwisata.

Sementara, sang sutradara, Ifa Isfansyah mengatakan bahwa preview perdana film ini menjadi ujian tersendiri bagi Ifa dan tim. 

“Film ini dibuat di Jogja, ceritanya juga Jogja, dan dipresentasikan ke teman-teman Jogja, apalagi disaksikan oleh Bapak Gubernur dan ibu. Mudah-mudahan bisa menjadi persembahan spesial bagi kami dimana kami berproses untuk teman-teman pembuat film di Jogja,” jelasnya.

Ifa menyampaikan bahwa dengan adanya perkembangan teknologi digital, Jogja telah menjadi pusat perkembangan film.

“Meski industri perfilman nasional rata-rata di Jakarta, anak-anak di Jogja juga tidak ketinggalan buat film. Akhirnya kami punya materi cerita yang pas untuk saat ini. Semoga ini bisa menjadi persembahan manis untuk kota kami tercinta,” ungkap Ifa.

Maudy Koesnaedi, dalam kesempatan yang sama menambahkan, secara pribadi, film tersebut meninggalkan kesan mendalam karena proses syuting dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang terbatas.

“Film inilah yang akhirnya membuat saya yakin untuk keluar lagi dari rumah. Selama pandemi, saya hanya menghabiskan waktu di rumah. Baru karena film ini, saya berani untuk keluar rumah lagi. Jadi proses pembuatan film ini juga merupakan proses yang sangat emosional bagi kami pemainnya,” tuturnya.

Film berdurasi 114 menit ini adalah film Indonesia pertama yang didukung oleh sebuah digital agency yaitu Ideoworks.id yang mengakomodasi semua kebutuhan digital marketing dari berbagai industri.

Adapun setelah Yogyakarta, gala premier akan digelar di Solo, Minggu (14/11) dan akan ditayangkan secara serentak di bioskop-bioskop tanah air mulai Kamis (18/11). (*)

Tulisan ini telah tayang di jogjaaja.com oleh Ties pada 15 Nov 2021