Senin, 19 Oktober 2020 01:21 WIB
Penulis:Kusumawati
SOLO - Forum Budaya Mataram kembali menelusuri jejak sejarah dan peninggalan budaya kerajaan yang ada di Indonesia.
Peninggalan sejarah tersebut merupakan bukti dari peristiwa yang pernah terjadi pada masa lampau serta sebagai bukti kejayaaan kerajaan di masa keemasaannya. Jenis peninggalan sejarah tersebut beraneka ragam mulai dari prasasti, tulisan naskah kuno, bangunan candi, arca, artefak hingga pusaka dan tombak.
"Banyak pusaka yang hilang tanpa diketahui keberadaannya, atau tidak ada lagi di Indonesia. Yang menjadi perhatian kami adalah tombak pataka Wilwatikta atau Pataka Majapahit. Pataka adalah sejenis bendera atau panji militer yang digunakan dalam peperangan. Sayangnya, empat dari tombak Pataka Majapahit tersebut saat ini berada di Museum Amerika, tepatnya disimpan di The Metropolitan Museum of Art 1000 5th Avenue, New York, USA." Ungkap Ketua Forum Budaya Mataram, BRM Kusumo Putro, Minggu 18 Oktober 2020.
Empat tombak Pataka Majapahit tersebut adalah PATAKA SANG DWIJA NAGA NARESWARA, PATAKA SANG HYANG BARUNA, PATAKA SANG PADMANABA WIRANAGARI dan SANG HYANG NAGA AMAWABHUMI
Berikut penjelasan masing-masing pataka tersebut. PATAKA SANG DWIJA NAGA NARESWARA, Pataka Kerajaan Majapahit ini berbentuk pataka Nagari sebagai perwujudan dari naga kembar tirta amertha. Dibuat pada era Kerajaan Singasari pada abad 12-13 Masehi dan diwarisi oleh Kerajaan Majapahit. Berbentuk tombak dan terbuat dari tembaga. Menurut referensi, pataka ini berhasil diselamatkan oleh SANGRAMA WIJAYA ketika Kerajaan Singasari mengalami keruntuhan saat diserang oleh Kerajaan Gelang-Gelang. Pada pataka inilah pertama kali dikibarkan bendera Majapahit yang bernama Gula Kelapa (Merah-Putih) yang sekarang kita warisi menjadi Bendera Sang Saka Merah Putih.
PATAKA SANG HYANG BARUNA, Tombak pataka ini dibuat pada jaman Kerajaan Singasari pada abad 12-13 Masehi. Pataka ini sempat diselamatkan oleh Sangrama Wijaya. Biasanya pataka ini dipasang di atas kapal yang memimpin atau mewakili rombongan ekspedisi kerajaan. . Bendera atau panji-panji yang dipasang bernama : “Getih – Getah Samudra” (lima garis merah dan empat garis putih), sebagai bendera armada militer SINGHASARI / MAJAPAHIT. Sampai saat ini bendera ini tetap dipakai oleh TNI-AL dalam kapal-kapal perangnya di perairan internasional, dengan nama panji-panji : “Ular-ular Tempur”. Pataka ini pertama kali dibawa oleh pasukan ekspedisi Pamalayu dan diserahkan kembali kepada Kerajaan Majapahit sebagai penerus dari Kerajaan Singasari. Detail tombak ini sendiri, memiliki dua mata tombak kembar di atas kepala dan ekor naga.
PATAKA SANG PADMANABA WIRANAGARI, Tombak Pataka Nagari Kerajaan Majapahit ketiga adalah Pataka Sang Padmanaba Wiranagari. Pada Tombak Pataka ini lah pertama kali di pasang Lambang Kerajaan Wilwatikta (Majapahit). Pada kain yang terbuat dari bahan tembaga dan bermakna Sang Padmanaba Wiranagari atau teratai kemuliaan pembelaan negeri. Pataka ini merupakan pataka yang sebelumnya dibawa oleh Jayakatwang Kediri namun berhasil direbut kembali oleh para Senopati Singasari pada ekspedisi Pamalayu. Dalam Ekspedisi Pamalayu, para Senopati berhasil merebut kembali lima panji pataka. Peninggalan Singasari yang ada di Daha, lima pataka Singasari tersebut akhirnya dibawa pulang yang itu juga merupakan peneguhan sikap kerabat di wilayah Daha bahwa Majapahit adalah bentuk Singasari yang sah dan penerus Raja Sawangsa
SANG HYANG NAGA AMAWABHUMI
Pataka ini berbentuk tombak naga dengan bahan tembaga yang dikenal dengan sebutan Sanghyang Naga Amawabhumi atau berarti naga penjaga keadilan. Mereka yang memiliki Pataka ini harus mempunyai sikap seperti dalam Mukadimah Kutara Manawa. Dalam Mukadimah Kutara Manawa atau undang-undang jaman Majapahit ditegaskan bahwa seorang Amawabhumi teguh hatinya dalam menetapkan besar kecilnya denda, jangan sampai salah. Jangan sampai orang yang bertingkah salah, luput dari tindakan. Itulah kewajiban dari Sang Amawabhumi jika mengharapkan kerahayuan negaranya. Pataka ini juga diboyong dan diselamatkan oleh Sangrama Wijaya saat Singasari diserang.
"Pataka-pataka tersebut saat ini berada di Amerika. Hal ini tentunya merupakan ironi, sebab antara Amerika dengan Kerajaan Majapahit dan kerajaan lainnya tidak memiliki silsilah apapun. Amerika tidak memiliki keterikatan sejarah dengan pataka Kerajaan Majapahit yang notabene merupakan warisan budaya milik (aset berharga) Negara Republik Indonesia." Ungkap Kusumo.
Kusumo menambahkan, Indonesia yang sepantasnya memiliki, merawat dan menjaga pusaka peninggalan Kerajaan Majapahit tersebut serta mengenalkannya kepada generasi muda dan anak cucu kita sebagai bukti sejarah kejayaan Majapahit di nusantara.
"Kewajiban kita sebagai penerus bangsa untuk bergerak dan bergandengan tangan dalam upaya mengembalikan pataka yang sudah seharusnya menjadi warisan budaya kita agar kembali ke Indonesia." Imbuhnya.
FBM berharap semua peninggalan sejarah kerajaan Majapahit atau kerajaan lain di masa lalu bisa kembali masuk ke Indonesia.
"Kami mengajak teman-teman untuk bergabung dan atau menggalang dukungan untuk bisa menarik kembali peninggalan sejarah ke Indonesia. Kami tengah persiapkan petisi agar benda sejarah, khususnya empat tombak pataka warisan budaya Kerajaan Majapahit kembali ke Indonesia." Tandasnya.
Bagikan