Kamis, 21 Maret 2024 21:20 WIB
Penulis:Kusumawati
Editor:Redaksi
SUKOHARJO (Soloaja.co) - Penguatan modernisasi beragama masih menjadi pembahasan dalam menumbuhkan kecintaan berbangsa dan bernegara. Khususnya kesadaran tersebut diharapkan muncul dari kaum muda milenial seperti para mahasiswa.
Tema tersebut dipilih dalam seminar kebangsaan yang digelar Universitas Islam Negeri Raden Mas Said (UIN RMS) Surakarta bersama Ponpes Al Mukmin Windan Kartasura, di Kampus UIN RMS, Kartasura, Sukoharjo, Kamis 21 Maret 2024.
Seminar ini menghadirkan tokoh sebagai narasumber, yalni Prof. Dr. Toto Suharto, S.Ag., M.Ag. (Rektor UIN RMS), Drs. KH. Abdullah Faishol (Ketua Umum MUI Kab. Sukoharjo), Letkol Zni Slamet Riyadi (Dandim 0726/Sukoharjo), Drs. H. Agus Santosa (Wakil Bupati Sukoharjo), dan Drs Muh Mu'alim, M.PdI (Kepala Kemenag Sukoharjo).
Rektor UIN RMS, Prof Dr Toto Suharto menyampaikan konsep modernisasi beragama itu menekankan esensi kehidupan bersama bukan individualitas. Cara pandang, sikap, tutur kata dalam kehidupan bersama.
"Ada empat indikator modernisasi beragama yakni Komitmen kebangsaan NKRI harga mati, toleransi, anti kekerasan dan akulturasi budaya. Hal ini yang harus di tanamkan pada generasi muda," ungkap Prof Toto.
Pada kesempatan tersebut Dandim 0726/Sukoharjo menyampaikan era globalisasi menurunkan kesadaran berbangsa dan bernegara hingga munculnya tindakan intoleran sebagai cikal bakal terorisme.
"Membahas dan menyelesaikan penguatan modernisasi beragama haru dilakukan bersama-sama dengan membangun kesadaran bersama, tujuannya menjadikan NKRI," ungkap Dandim Sukoharjo.
Dandim Sukoharjo juga menyebutkan bahwa Kota Solo cukup istimewa karena dianggap sebagai salah satu parameter keamanan nasional, karena sejumlah peristiwa nasional muncul dari Solo atau Solo Raya.
"Misalnya saja kasus terorisme selalu berhubungan dengan kota Solo khususnya Sukoharjo, untuk itu kegiatan dengan tema ini sangat penting untuk disampaikan pada kaum muda milenial." tegas Dandim.
Sementara itu, Wakil Bupati Sukoharjo Agus Santosa menyatakan kebanggaannya dengan seminar yang diikuti oleh para mahasiswa dimana mereka pemegang masa depan bangsa.
"Kami sebut perspektif bernegara dengan pendekatan berkebangsaan
Pertanyaan mendasar saat bangsa Indonesia terbentuk hal ini menjadi pondasi kuat pemuda untuk menjaga NKRI," ungkap Agus Santosa.
Dalam seminar tersebut juga dilakukan Deklarasi Kebangsaan yang diserukan seluruh Nara sumber dan peserta yang terdiri dari kalangan Santri Pesantren, Mahasiswa dan siswa, yang menyatakan lima poin sikap yakni menjaga NKRI, toleransi dan kebhinekaan, kehidupan bermasyarakat, menjaga nilai luhur agama dan menolak paham radikal.
Bagikan