Jangan ke Rentenir, OVO Kini Buka Akses Pinjaman Bagi UMKM

Drean Muhyil Ihsan - Selasa, 27 Oktober 2020 13:07 WIB

Vice President Lending OVO, Natasha Ardiani

undefined

JAKARTA – Perusahaan dompet digital PT Visionet Internasional alias OVO saat ini turut membuka akses permodalan kepada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Vice President Lending OVO, Natasha Ardiani mengatakan, akses pinjaman saat ini sangat dibutuhkan oleh UMKM akibat terdampak pandemi. Oleh karena itu, pihaknya sangat terbuka bagi pelaku UMKM yang ingin meminjam dana untuk kelangsungan usaha mereka.

Natasha menjelaskan, melalui kerja sama dengan Taralite sejak 2017, OVO ingin menjawab kesulitan akses pembiayaan yang selama ini dialami oleh para pelaku UMKM. Dengan adanya pandemi, semakin membuat perusahaan terdorong untuk membuka akses pembiayaan sebesar-besarnya bagi UMKM dalam negeri.

“Sejak awal pandemi ini, kita fokus ke B2B (Business to Business) atau business lending. Oleh karenanya, kami sedang menggenjot pinjaman UMKM bekerja sama dengan Taralite dalam bentuk modal kerja dan anjak piutang,” ujarnya melalui keterangan resmi yang diterima TrenAsia.com, Selasa 27 Oktober 2020.

Sebagai informasi, saat ini jumlah pelaku UMKM di Indonesia sebanyak 64,2 juta dengan daya serap mencapai 97% tenaga kerja dunia usaha di Tanah Air. Sayangnya lebih dari 70% pelaku UMKM tidak dapat mengakses pinjaman modal untuk menjaga kelangsungan usaha.

Fenomena tersebut adalah cerminan dari penetrasi layanan keuangan yang memang belum merata di Indonesia. Sebanyak 77% orang Indonesia masih tidak memiliki rekening bank (unbanked).

Sebagian lagi belum secara maksimal melakukan transaksi keuangan (underbanked). Hal ini menunjukkan besarnya kesenjangan inklusi keuangan, dikarenakan keterbatasan akses terhadap layanan dan produk keuangan dengan biaya yang terjangkau.

Budaya Meminjam di Indonesia

Natasha menyebut, di Indonesia masih banyak orang yang belum percaya untuk meminjam uang dari layanan keuangan digital, tidak terkecuali para pelaku UMKM. Mereka lebih suka untuk meminjam uang ke saudara, tetangga, bank, bahkan rentenir.

Tak sedikit juga dari mereka yang lebih memilih untuk menggadaikan barang ke industri gadai. Padahal, menurutnya layanan keuangan digital memberikan banyak kemudahan saat peminjaman, seperti lebih transparan, lebih mudah diakses dan lebih terjangkau.

“Daripada kita pinjam ke keluarga, tetangga atau rentenir, terms and conditions-nya sering kali tidak jelas. Sementara apabila pinjam ke bank harus buka tabungan dan punya histori transaksi perbankan dahulu,” tutur Natahsa.

Oleh karena itu, pihaknya ingin berperan serta dalam meningkatkan inklusi keuangan dengan menyediakan layanan keuangan digital yang benar-benar bisa diakses dengan mudah. Terlebih bisa dijangkau oleh seluruh masyarakat Indonesia, termasuk bagi UMKM.

Menjadi Mitra Kartu Prakerja

Lebih lanjut, Natasha menjelaskan bahwa cara lain yang dilakukan oleh OVO untuk meningkatkan inklusi keuangan digital adalah dengan menjalin kerjasama dalam program pemerintah.

Sebagai contoh saat ini OVO menjadi mitra pemerintah dalam menyalurkan insentif Kartu Prakerja dan telah menjangkau lebih dari 1,3 juta penerima manfaat.

Selain meningkatkan inklusi keuangan, Natasha berpendapat bahwa dengan cara tersebut, pihaknya juga bisa melakukan edukasi pada masyarakat tentang keuangan digital.

Sebab, ia menilai kerja sama antara pemerintah dan pelaku industri keuangan diperlukan guna menciptakan dan menggerakkan masyarakat non-tunai atau cashless society.

“Kedepannya, untuk memaksimalkan upaya tersebut, kami ingin lebih banyak berkontribusi menyukseskan program pemerintah dan BUMN, terlebih dengan situasi pandemi sekarang ini di mana banyak program yang membutuhkan infrastruktur digital,” tukasnya.

RELATED NEWS